Prince nyaris tertawa. Biasanya sambil berpikir, kebanyakan orang memilin-milin jenggotnya yang panjang. Prince seketika terkesiap, mereka memang bukan orang!
"Permisi gan, agan ini siapa gerangan?" kata datuk sambil memegang tangan Princes.
"Apa tanya-tanya! Namaku Arwana Harahap. Di Kampung Rambutan orang-orang memanggilku dengan nama Arwah. Tapi makku memangilku si Ucok" katanya ketus.
"Oh, dari Batak rupanya agan ini. Jadi begini bang, ane minta tolong secara baik-baik sama abang, supaya bersedia cabut dari tubuh kunti ini ya bang.
"Eh, koq jadi suka-sukamu pula mengaturku. Yah suka-sukakulah!" kata orang itu sambil mencubit pipi kiri-kanan datuk, lalu tertidur lagi.
"Duh gusti!" teriak datuk dalam hatinya. Sependek pengetahuannya selama menjadi pejabat, ketua RT lebih dari dua ratus tahun, bupati Majapahit tiga ratus tahun, sebelum dipecat Gajah Mada karena korupsi, belum pernah ada seorang, sebuah bahkan sepotong mahlukpun yang pernah mencubit pipi tembemnya itu. "Kurang ajiaaarrr..." katanya gemes sambil menahan emosi.
Sambil memilin-milin alis matanya yang panjang, Datuk berpikir keras, apa yang harus dilakukannya terhadap orang sesat ini. Mengadu ilmu, risikonya terlalu tinggi. Apalagi sejak seratus tahun lalu ia terkena pneumonia. Si Arwah ini pun mungkin tidak pernah rapid test atau swab. hal itu membuat Datuk semakin khawatir.
Tiba-tiba, srinngg... datuk berubah wujud. Mirip seperti wajah Si Poltak, Raja minyak jelanta dari Medan itu. "Hei Ucok, ngapain pula kau di sini. Pulang kau, pulang sana cepat!" teriak Datuk kepada Princes.
Princes terbangun gelagapan, "Eh horas tulang" katanya sambil menyalim tangan Datuk.
"Eh, apa pula kau ini salim salim, aku bilang kau pulang cepat.." kata Datuk terlihat marah.
"Koq tau pula tulang aku disini" kata Princes cengengesan.