Kucing gembrot mandi di papan
papannya diserut biar jadi perosotan
Ahok ngebacot mau bubarin kementerian
Eh, warga se erte mabok kelojotan..
Cerita tentang Ahok ini memang kagak ada habisnya. Mulai dari yang serius pake banget, hingga cerita humor, bahkan kisah binal berbau lendir juga masih ada Ahok-Ahoknya.
Nama Ahok itu ibarat perigi di tepi sungai. Airnya jernih dan tak pernah kering di musim kemarau. Sekalipun bukan pengagum Ahok, namun penulis tidak pernah kehabisan ide untuk menuliskan kisah tentang Ahok ini (kecuali mengenai urusan rumah tangganya)
Kalau nama Ahok bisa menjadi sumber inspirasi, lalu mengapa penulis tidak menjadi Ahokers?
Pertama, ini soal attitude. Sekalipun penulis adalah Batak ori seratus prosen, tapi penulis kurang tjotjok dengan gaya nyablak Ahok (walaupun itu adalah haknya pribadi) Daripada dengar suara Ahok marah-marah, lebih baik penulis membaca kisahnya saja lewat media.
Kedua, soal emosi. Sekalipun cerdas tapi Ahok kurang bisa menjalin komunikasi lewat diplomasi, padahal itu sangat diperlukan agar konsep dan pemikirannya bisa sampai dengan baik.
Namun, di luar hal pribadi, Ahok adalah sosok yang patut diancungi jempol. Pertama tentunya terkait integritas. Kedua, menyangkut soal kejujuran. Ketiga, soal keinginan untuk memberikan yang terbaik kepada bangsanya. Keempat, tidak memberi ruang kompromi untuk korupsi, kolusi dan nepotisme. Kelima, siap berkorban untuk kepentingan banyak orang.
Untuk kelima faktor di atas, Ahok memang sulit dicari tandingannya di negeri ini. Bahkan faktor minus penulis untuk Ahok juga berdasarkan faktor kepribadiannya yang jelas sekali subjektif.