Selain memberi efek turbulensi, udara sisa dari mobil di depan ini memiliki suhu yang tinggi dan kandungan oksigen yang lebih sedikit dari udara normal, sehingga mengganggu cooling system dan pasokan udara ideal ke ruang bakar.Â
Dari sisi aerodinamika, dirty air ini tidak terlalu berpengaruh bagi mobil dengan kecepatan biasa. Namun bagi mobil F1 yang kecepatannya sering mencapai 330 km/jam itu, dirty air ini sangat besar pengaruhnya apalagi ketika mode mesin tidak bisa diatur lagi!
Dalam pandangan penulis, ada perbedaan besar antara Nico Rosberg dengan Valtteri walaupun kemampuan mereka setara dengan Lewis.
Pada 2016 lalu, Nico akhirnya bisa menjadi juara dunia karena berhasil memaksimalkan ilmu "menangguk di air keruh" atas setiap kesalahan dan kesialan yang menimpa Lewis.Â
Jadi, kalau Valtteri tidak mampu melakukan hal yang sama seperti dilakukan Nico, maka ia tidak akan pernah menjadi juara dunia!Mari kita lihat perbedaan mental Lewis dengan Valtteri.Â
Setelah restart dan berada di P17, Lewis kemudian mengalami hal yang sama seperti Valtteri. Namun ia berusaha mencari solusi dan akhirnya bisa naik ke P7. Sebaliknya Valtteri dari P2 turun ke P6. Setelah menggerutu sepanjang balapan, ia akhirnya bisa finish di p5!Â
Kedua, apesnya Red Bull dan Ferrari.
Red Bull tampaknya mengalami kesulitan dengan setelan mesin yang pas buat Max. Hal itu sudah terlihat sejak sesi kualifikasi, dimana Max akhirnya hanya bisa berada di P5 di belakang Sergio Perez, Carlos Sainz Jr, Valtteri dan Lewis. Alex Albon sendiri berada di P9 di atas Gasly, pebalap yang digantikannya di Red Bull.
Tak lama selepas restart, Max masuk pit untuk menghentikan balapan. Alex sendiri ketiban sial di awal balapan ketika terciduk menyenggol Gasly. Alex kemudian dihukum penalti 5 detik.
Sudah jatuh tertimpa tangga pula adalah kalimat yang pas buat Ferrari yang hancur lebur seperti nasi Cianjur yang terlanjur menjadi bubur di dapur.Â