Pernakah anda tertidur atau melihat orang tidur di bioskop? Nah penulis sendiri pernah tertidur di bioskop. Ceritanya waktu itu penulis janjian dengan seorang teman di sebuah mall. Ternyata teman tadi tiba-tiba ada urusan mendadak dan diperkirakan paling cepat bisa tiba dalam waktu dua jam.
Kebetulan penulis kurang tidur pula karena kemarinnya dari luar kota. Apalagi penulis baru saja makan siang ditemani gulai kakap plus rendang. Anjai! Rasa kantukpun datang tanpa bisa ditahan.
Pergi ke bioskop akhirnya menjadi pilihan paling masuk akal. Beli tiket ngasal saja, seingat penulis tekapenya di studio 3. Benar saja. Sebelum filmpun dimulai, penulis sepertinya sudah langsung tertidur. Terbangun setelah film selesai, lalu dibangunin simbaknya yang tampak ketakutan karena melihat penulis seperti orang semaput. Padahal film yang diputar ketika itu adalah film thriller horor! Ternyata penulis tidak sendirian, sebab ada juga orang lain yang terciduk dalam keadaan ngorok.
Jadi karakter penonton Indonesiana itu memang macem-macem. Ada yang serius mau nonton. Ada yang pura-pura nonton tapi tidur. Sementara yang lain pura-pura nonton padahal buat film sendiri...
***
Setelah kita paham akan karakter penonton, tentunya kita akan tertarik untuk menelisik karakteristik dari bangunan bioskop itu sendiri. Hal ini tentu saja terkait dengan situasi pandemi covid-19 saat ini. Sama seperti ruangan studio musik, karaoke, dan lainnya, ruangan bioskop didesain dengan konsep tertentu yang celakanya menjadi tempat yang rawan dengan penularan virus.
Pertama tentunya ruangan bioskop di desain untuk tertutup rapat. Lantai karpet dan dinding yang dilapisi dengan peredam suara cenderung menjadi sarang yang nyaman bagi beberapa virus/patogen.
Sistim pendingin udara di ruangan tertutup juga menambah kekhawatiran. Pemasangan exhaust fan tidak akan banyak membantu. Apakah pihak bioskop mau memasang air purifier untuk setiap kursi penonton dan juga diffuser untuk ruangan bioskop?
Katanya protokol Kesehatan akan diterapkan di bioskop, termasuk pengaturan jarak antar penonton. Semua wajib pakai masker dan suhu tubuhnya diperiksa sebelum masuk ke dalam ruangan bioskop. Sebelum pertunjukan, petugas akan mendesinfektan ruangan bioskop. Catat yang disemprot adalah lantai, kursi, dan sebagian dinding. Lalu bagaimana dengan plafon setinggi enam meter itu?
Penularan Covid-19 dapat terjadi melalui droplet/kontak dekat dengan orang yang terinfeksi, atau menyentuh benda/permukaan yang terkontaminasi. Droplet yang terlontar (termasuk dari Orang Tanpa Gejala) tidak seluruhnya jatuh ke permukaan. Sebagian lagi menguap lebih cepat dan dapat melayang di udara hingga setengah jam lamanya. Setelah bertemu dan terikat dengan uap/cairan dingin yang dihembuskan oleh pendingin udara dari plafon, maka aerosol (droplet yang tersuspensi di udara) tadi akan jatuh dan bisa saja menimpa penonton.
Please jangan suka menggampangkan segalanya. Dokter-dokter yang meregang nyawa karena Covid itupun terbiasa bekerja memakai tiga lapisan masker plus google/faceshield dan tutup kepala. Dua atau tiga lapis sarung tangan, hazmat hingga sepatu untuk proteksi. Namun merekapun bisa kebobolan juga.Â