Empat tahun dua bulan dengan "akun sekarang ini" terasa pas untuk ukuran sedang-sedang saja.
Oh iya, pada zaman dulu itu (era sebelum verifikasi) "tuyul-tuyul" memang tidak diharamkan untuk menulis dan memberi vote/komentar di lapak orang maupun di lapaknya sendiri.
Jadi jangan heran kalau ada tuyul menulis sebuah artikel, lalu artikel itu dikomentari oleh saudara kembar, saudara sekandung, sepupu, maupun selir-selirnya sendiri! Akhirnya artikel itu mendapat rating NT dan terpopuler pula! Kalau yang ini namanya tuyul narsis! wkwkwkwk...
Kompasiana ini menjadi rumah yang nyaman bagi banyak penulis. Baik yang serius, setengah serius maupun penulis yang sepertinya memang gak niat menulis. Trus maunya apa seh...
Meminjam istilah Kner Cuker dulu, ada Kers Kawakan, ada pula Kers Lawakan. Kalau Kers Kawakan mendapat tempat di hati admin, maka Kers Lawakan ini mendapat tempat di hati para pembaca.
Walaupun mendapat tempat di hati admin dengan diganjar "HL," namun tak jarang tulisan Kner Kawakan itu hanya dibaca segelintir orang saja.
Sebaliknya Walaupun tidak mendapat tempat di hati admin (bahkan tidak diberi label sama sekali) namun acap kali tulisan Kner Lawakan itu dibaca banyak orang hingga melewati seribuan pembaca!
Nah fenomena ini sempat membuat penulis berniat mencari wangsit, yakni bagaimana caranya agar bisa disayang pembaca dan dimanja admin pula. Tapi tampaknya itu sebuah hil yang mustahal pula.
Era Kompasianer senior memang sudah berlalu.
Dulu itu tulisan Kner senior selalu ditunggu pembaca, dirindu Kner (untuk di-komen) dan dihargai admin pula. Tapi itu doeloe... Musim berganti angin pun berubah, dan tak ada yang abadi di dunia fana ini.
Disrupsi dan shifting yang terjadi pada dunia usaha juga melanda media. Medsos dan blog kini menjadi pemain utama, membuat Kompasiana diserbu para "penyamun muda belia nan agresif."