Mohon tunggu...
Reinhard Hutabarat
Reinhard Hutabarat Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penikmat kata dan rasa...

Menulis untuk senang-senang...

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Liverpool Raih Gelar Ke-19 Lewat Dua Gol Pulisic Dan Willian

26 Juni 2020   16:34 Diperbarui: 27 Juni 2020   12:59 385
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Christian Pulisic, sumber : https://www.kindofasurprise.com/wp-content/uploads/sites/1587/2019/09/skysports-christian-pulisic_4777449.jpg

Sebuah pandemi baru kini menjangkiti para fans MU. Pandemi itu bernama LIVID-19. Gejalanya mulut terasa pahit, getir, mual disertai rasa amarah dan cemburu hebat sehingga berusaha menghindari medsos termasuk televisi. Obatnya belum ditemukan, jadi untuk sementara penderita terpaksa harus bersabar dalam penderitaan itu…

  • (Mohon maaf yang sebesar-besarnya bagi Fans MU, pemegang 20 gelar EPL, you’re still the best)

Dini hari waktu Indonesia, jutaan warga diseluruh dunia kompakan mengenakan kaos biru tua di luar kaos merah yang mereka kenakan sebelumnya. Kaos merah itu dibordir dengan sebuah gambar pria paruh baya berkaca mata bernama Jurgen Klopp.

Kursi-kursi Stamford Bridge Stadium memang terlihat kosong. Tetapi jangan tertipu dengan apa yang terlihat, sebab jutaan ruh Kopites dan True Blues sudah bermufakat untuk mendukung penampilan Frank Lampard boy’s lewat doa yang dirapalkan tiada hentinya selama pertandingan berlangsung.

The Citizens datang ke Stamford Bridge dengan kepercayaan diri yang tinggi. Walaupun bertamu, mereka adalah tim terganas di EPL dengan torehan 76 gol sebelum pertandingan ini berlangsung.

City juga punya misi tambahan yaitu untuk memperpanjang sedikit nafas demi harga diri fans, dan tentu saja untuk memberi tekanan bagi Liverpool.

Pep tetap mengusung gaya ofensif dengan tiga penyerang. Sergio “Kun” Aguero memang cedera, tetapi masih ada Gabriel Jesus di bench.

Pep kemudian menggeser Sterling ke tengah, sedangkan Bernardo Silva dan Mahrez menemaninya di sisi sayap. Tampaknya Pep memainkan strategi false-nine untuk lebih menekan pertahanan Chelsea sejak dari sisi tengah lapangan permainan.

Artinya Pep berharap gol-gol pun sudah bisa tercipta dari luar kotak penalti. Wajar mengingat trio Bernardo, Sterling dan Mahrez adalah pemain-pemain hebat yang bisa bermain sama baiknya pada beberapa posisi. Baik kiri, tengah, kanan, gelandang ataupun penyerang.

Mereka juga punya tendangan keras, skill, kecepatan dan naluri mencetak gol yang tinggi.

Alhasil Jesus kemudian dicadangkan Pep sebagai bagian dari strategi false-nine tersebut.

Lini tengah City diisi oleh play maker, “King” Kevin de Bruyne, Gundogan dan Rodri, sebagai penerus Fernandinho. The rising star dan pencetak dua gol City kemarin, Phil Foden justru tak tampak, bahkan di bench. Mungkin Pep tidak mau terlalu membebani Foden pada level permainan setinggi ini.

Benjamin Mendy, Laporte, Fernandinho dan Kyle Walker kemudian mengisi pos pemain belakang City. Susunan pemain ini sebenarnya sudah cukup untuk menjinakkan Chelsea.

Frank Lampard adalah salah satu gelandang terbaik dunia ketika ia bermain di Chelsea. Selain skill yang mumpuni, kecerdasan dan visi dalam melihat permainan menjadi senjata andalannya.

Kini ia mencoba menerapkannya lewat para pemainnya. Tentu saja tidak mudah karena ia tidak bermain di lapangan. Akan tetapi bisa juga menjadi mudah kalau ia memilih pemain yang tepat dengan strategi yang tepat pula. Dan satu lagi adalah peruntungan.

Untungnya, Lampard mendapatkan ketiganya pula.

Tak ada nama-nama beken seperti Kourt Zouma, Reece James, Fikayo Tomori ataupun Emerson dalam line-up Chelsea. Artinya apa sodara-sodara sebangsa setanah air?

Lampard tidak mau ada kesalahan di belakang. Koentji oetama untuk terhindar dari kekalahan adalah disiplin sejak dari belakang. Dan hal itu hanya bisa dipercayakan kepada pemain-pemain senior seperti Azpilicueta, Rudiger, Marcus Alonso dan Christensen.

Tak ada juga nama “pemain tak tergantikan” Jorginho dan Kovacic pada era “Sarri ball” Maurizio Sarri dulu. Lampard kemudian mengembalikan Kante pada “habitatnya” semula, tempat dimana ia dulu dikenal sebagai pesohor terbaik lapangan tengah.

Mason Mount dan Barkley kemudian menemani Kante di tengah. Barkley adalah James Milner-nya Liverpool. Keras, lugas, taktis tanpa kompromi, siap bertugas di posisi manapun dan bersedia melakukan apapun yang dipandang perlu demi mempertahankan lapangan tengah.

Pemilihan Willian sebagai pemain paling senior dan The rising star, Pulisic di depan, tentu tidak perlu dipertanyakan lagi. Akan tetapi separuh mahluk di dunia akan bertanya, mengapa Lampard menaruh Giroud, bukan Tammy Abraham atau bahkan Michy Batshuayi sebagai penyerang tengah?

Nah, rupanya Lampard memakai strategi yang sama dengn Pep, false-nine. Tetapi beda fungsi!

False-nine Pep adalah untuk memaksimalkan daya gedor, sementara false-nine Lampard justru untuk meredam agresivitas City!

Tammy adalah penyerang berbahaya, cepat dan tajam, tapi akan merugikan strategi Lampard. Pergerakan Tammy pasti akan mendorong pemain-pemain lain untuk mendukungnya. Akibatnya pertahanan Chelsea menjadi longgar dan gampang dihabisi pemain City.

Pasti banyak yang sepakat kalau Giroud itu “enggak ngapa-ngapain” selama pertandingan kemarin. Tapi yang pasti Giroud bisa membuat Laporte dan Fernandinho tidak berani naik untuk membantu penyerangan. Bermain adu cepat jual-beli serangan dengan City adalah sebuah kesalahan!

Jadi satu-satunya cara Lampard untuk menaklukkan City, adalah dengan bermain sabar sambil menunggu lawan itu berbuat kesalahan!

***

“Untung tak dapat diraih malang tak dapat ditolak.” Setelah sempat bertolak-tolakan, Gundogan dan Mendy kemudian kehilangan bola.

Berawal dari sebuah tendangan bebas de Bruyne dari sisi kiri pertahanan Chelsea, bola meluncur deras ke kotak penalti Chelsea, yang lalu dibuang  oleh Rudiger ke tengah lapangan.

Di sana sebenarnya ada Gundogan dan Mendy yang sepertinya akan menguasai bola. Tetapi terjadi “salah paha” diantara keduanya. Bola kemudian dikuasai oleh Christian Pulisic.

Gundogan dan Mendy berusaha mengejarnya, tetapi pemuda cakep itu berlari lebih cepat. Sekali lagi Mendy berusaha menebas kaki Pulisic yang melambat, ketika ia berusaha melihat posisi Ederson.

Tebasan Mendy gagal, kini Pulisic berada dalam situasi satu lawan satu dengan Ederson yang maju untuk menutup ruang tembak.

Dengan penuh percaya diri, Pulisic menembak ke kiri Ederson, menembus pojok kiri gawang Ederson. Gol! 1-0

Penonton "berseragam biru KW” (kaos luarnya biru, dalemannya merah) berteriak kegirangan.

Sesuai prediksi Lampard, City memang mendominasi penguasaan bola hingga 67% tetapi gagal membuat banyak peluang berbahaya. Apalagi kiper Kepa juga bermain penuh percaya diri.

Gol penyama City baru lahir setelah 10 menit babak kedua berjalan. Tembakan bebas de Bruyne melengkung indah menembus pojok kanan gawang Kepa. 1-1.  Kini City semakin agresif menyerang, namun tidak adak gol tercipta.

Mungkin sudah suratan nasib harus begini bukan begitu. Untung tak dapat diraih malang tak dapat ditolak. Pada menit ke-77, Fernandinho tertangkap tangan oleh KPK eh wasit melakukan handsball di kotak terlarang, ketika ia berusaha menghalau bola yang nyaris masuk gawang.

Kenapa kau lakukan perbuatan tercela itu Fergusso, eh Fernandinho?

City kemudian dihukum penalti dan Fregusso harus keluar dari lapangan.

Rekan senegaranya, Willian Borges kemudian mengeksekusi penalti. Goooooolllllllllllllll! 2-1.

Willian Borges, sumber : https://akcdn.detik.net.id/community/media/visual/2020/03/05/6e690fae-b3e0-4163-a2ff-2de232fad803.jpeg?w=700&q=80
Willian Borges, sumber : https://akcdn.detik.net.id/community/media/visual/2020/03/05/6e690fae-b3e0-4163-a2ff-2de232fad803.jpeg?w=700&q=80
Pep terhenyak lemes. Ketinggalan 1-2, dan kekurangan satu pemain. Tak ada lagi yang tersisa.

Nasi sudah jadi bubur, dan tak bisa pula dijadikan lontong karena Cak Lontong pasti akan complain.

Pep pasrah mengakui kekalahan dari Chelsea, dan tentunya dari Jurgen Klopp dalam perburuan gelar juara EPL musim 2019-2020.

Tapi Pep masih bisa berharap pada Liga Champion, gelar yang belum pernah diraih City.

Semoga Pep bisa membawa City meraih gelar Liga Champion musim 2019-2020. Pastinya ini doa dari seluruh penggemar EPL.

Selamat juga bagi seluruh penggemar setia Liverpool yang tidak pernah bosan-bosannya mendukung Liverpool untuk meraih gelar ke-19 setelah sebelumnya berpuasa selama 30 tahun.

Bravo Kopites, YNWA!


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun