Tampaknya Najwa Shihab tidak jemu-jemunya membuat sensasi. Belum habis polemik Pulang kampung-mudik selesai, kini Najwa kembali menyerang Lembaga DPR.
Akan tetapi lain padang lain pula belalangnya. Lain rendang lain pula pedasnya!
Kali ini Najwa kena batunya. "Surat kepada tuan dan puan para anggota DPR yang terhormat" itu rupanya langsung berbalas!
"Surat tanpa kertas dan tinta" itu rupanya dianggap sebagai hinaan bersifat provokatif bagi seorang Arteria Dahlan. Pendapat senanda juga datang dari anggota DPR lainnya, Andre Rosiade, "sutradara" sinetron "Porn in Padang" beberapa waktu lalu itu.
Dalam bahasa halusnya ia berteriak, "maling jangan teriak maling!"
Setiap hari ada saja warga menghujat para anggota DPR (saya juga salah satunya) akan tetapi anggota dewan terhormat itu tidak pernah menggubrisnya.
"Anjing menggonggong kafilah berlalu" demikianlah prinsip dari tuan dan puan para anggota DPR yang terhormat itu ketika menghadapi orang-orang baik (warga masyarakat)
Akan tetapi sikap mereka itu akan berbeda sekali ketika berhadapan dengan kaum "sesama."
Misalnya seperti politisi, pengamat politik, calo/mafia proyek, pemburu rente maupun makelar jabatan. Terhadap mereka ini, biasanya "warga Senayan" itu akan langsung melakukan serangan balasan!
Point ini lah salah satunya yang membuat penulis tertarik untuk membahas isu ini. Alasan lainnya penulis uraikan di bawah ini.
Najwa Shihab adalah seorang news anchor (jurnalis televisi) dan juga seorang seleb tanah air.
Nah pertanyaan pentingnya adalah, ketika menulis surat ini, kapasitas Najwa Shihab itu sebagai apa?
Apakah sebagai seorang jurnalis? Sebagai warga masyarakat biasa, atau "calon politisi" dengan agenda tertentu?
Sebagai seorang jurnalis (yang harus selalu netral) penulisan surat terbuka seperti ini tentunya kurang bijaksana. Jurnalis itu sama seperti polisi. Walaupun tugasnya untuk mengungkap kasus, akan tetapi harus selalu bersikap netral.
Sama seperti seorang polisi, jurnalis tentu saja punya pendapat pribadi tersendiri (yang tentunya subjektif) dan ini sah-sah saja dalam kapasitas pribadi.
Akan tetapi ketika bekerja, seorang jurnalis harus bersikap objektif dan bisa melihat dari kedua sisi secara berimbang.
Surat terbuka Najwa itu tentu saja tidak mengikuti kaidah-kaidah jurnalistik. Mengapa Najwa tidak mewawancarai dan menginvestigasi saja langsung ke Senayan sana?
Investigasi dong mereka "ngapain aja," baru lah setelah itu diserang habis-habisan...
Alangkah baiknya sekiranya Najwa (setelah melakukan investigasi mendalam) bisa membuat rapor dari setiap tuan dan puan para anggota DPR yang terhormat itu, sehingga kita warga masyarakat ini tahu benar kualitas dari setiap anggota dewan itu, sehingga dengan demikian kita tidak perlu "salah memaki" anggota dewan yang terhormat itu.
Surat terbuka ala Najwa itu tentu saja sah-sah saja kalau ditulis oleh orang-orang seperti saya maupun jutaan warga masyarakat lainnya. Wajar, sebab kita-kita ini mempertaruhkan hajat hidup, hak dan kewajiban kita sebagai seorang warga negara di tangan anggota dewan terhormat ini.
Akan tetapi akan menjadi aneh kalau surat seperti itu ditulis oleh Polisi, TNI, jurnalis atau bahkan Lembaga Kepresidenan misalnya.
Oh ya, saya hampir lupa kalau dulu itu memang ada seorang Presiden Indonesia yang menyebut mereka itu seperti murid dari sebuah Taman-Kanank-kanak...
Setelah surat terbuka ini, apakah anda yakin kalau para tuan dan puan anggota DPR yang terhormat itu nantinya mau diwawancarai lagi oleh "penghina" seperti Najwa Shihab itu?
Entah lah, mungkin Najwa itu memang sudah benar-benar bosan menjadi seorang jurnalis!
***
Di atas, penulis tadi sudah mengatakan kalau anggota dewan terhormat itu kurang tertarik mendengar kritikan/makian dari masyarakat seperti penulis ini. Bukan karena kritikannya tidak benar atau salah sasaran, melainkan karena justru lebih banyak benarnya!
Akan tetapi hal itu rupanya tidak berlaku bagi seorang Najwa Shihab.
Mengapa?
Nah, rupanya ada embel-embel di belakangnya. Salah satunya terkait proyek Kartu Prakerja yang Konon katanya ada keterkaitan nama Najwa Shihab dengan salah satu mitra Kartu Prakerja tadi.
Sebelumnya Komisi III DPR dimana Arteria  Dahlan (PDIP) berada di dalam komisi tersebut menyerang dengan sengit mitra Kartu Prakerja (termasuk Stafsus Presiden) yang dianggapnya sarat dengan KKN.
Arteria bahkan sampai meminta KPK agar mengusut dugaan penyimpangan dalam program Kartu Prakerja tersebut.
Habiburokhman, anggota Komisi III DPR lainnya dari Fraksi Gerindra menduga kritik Najwa tersebut memiliki motif tertentu. Ia mengaitkannya dengan kritik dari Komisi III DPR terhadap Kartu Prakerja.
"Saya khawatir narasi-narasi seperti yang disampaikan Najwa Shihab merupakan bentuk konkret serangan balik kepada kami setelah kami minta KPK usut kasus Prakerja," ujar dia.
Tetapi ada juga yang mengatakan kalau di negeri ini biasanya orang sirik itu "karena tidak mampu atau tidak kebagian (proyek)"
Nah lu! Kini "surat terbuka" ini sudah bergulir seperti bola salju yang akan terus menggelinding dan semakin membesar, dan menggilas apa saja yang ada di depannya...
Lalu bagaimanakah akhir dari kisah ini?
Maaf, seperti biasanya penonton akan kecewa karena akhir cerita ini berakhir antiklimaks.
Tidak ada plot twist ataupun twist ending. Pada akhirnya warga akan melupakan kisah ini seperti kisah-kisah sebelumnya dan menganggapnya tidak pernah terjadi.
Najwa Shihab tidak perlu membuktikan apa-apa yang dituduhkannya itu atau menjawab tuduhan dari para anggota dewan terhormat itu.
Lewat akun Instagramnya, Najwa kemudian memposting sebuah foto bersama sang ayah.
Mengenakan selendang di kepala, Najwa kemudian menulis, Abi@quraish.shihab berpesan jika ada yang memakimu, maka ucapkanlah, "jika makian kamu benar, semoga Allah mengampuniku, jika makian kamu salah, semoga Allah mengampunimu".
#ShihabNShihabRamadan
Belajar Menahan Amarah
Nah pembaca yang budiman, dengan demikian selesailah sudah episode "berbalas kecaman" ini. Episode lainnya biasanya berakhir dengan sebuah "materai enam ribu." Akan tetapi Ramadhan adalah bulan spesial, bulan yang baik untuk saling memaafkan dan mengampuni, apalagi bagi sesama...
Damailah negeriku ini, merdeka!
Sumber :
https://www.instagram.com/p/B_zcb0FjhtF/, Kompas 1, 2, 3
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H