Nah pertanyaan pentingnya adalah, ketika menulis surat ini, kapasitas Najwa Shihab itu sebagai apa?
Apakah sebagai seorang jurnalis? Sebagai warga masyarakat biasa, atau "calon politisi" dengan agenda tertentu?
Sebagai seorang jurnalis (yang harus selalu netral) penulisan surat terbuka seperti ini tentunya kurang bijaksana. Jurnalis itu sama seperti polisi. Walaupun tugasnya untuk mengungkap kasus, akan tetapi harus selalu bersikap netral.
Sama seperti seorang polisi, jurnalis tentu saja punya pendapat pribadi tersendiri (yang tentunya subjektif) dan ini sah-sah saja dalam kapasitas pribadi.
Akan tetapi ketika bekerja, seorang jurnalis harus bersikap objektif dan bisa melihat dari kedua sisi secara berimbang.
Surat terbuka Najwa itu tentu saja tidak mengikuti kaidah-kaidah jurnalistik. Mengapa Najwa tidak mewawancarai dan menginvestigasi saja langsung ke Senayan sana?
Investigasi dong mereka "ngapain aja," baru lah setelah itu diserang habis-habisan...
Alangkah baiknya sekiranya Najwa (setelah melakukan investigasi mendalam) bisa membuat rapor dari setiap tuan dan puan para anggota DPR yang terhormat itu, sehingga kita warga masyarakat ini tahu benar kualitas dari setiap anggota dewan itu, sehingga dengan demikian kita tidak perlu "salah memaki" anggota dewan yang terhormat itu.
Surat terbuka ala Najwa itu tentu saja sah-sah saja kalau ditulis oleh orang-orang seperti saya maupun jutaan warga masyarakat lainnya. Wajar, sebab kita-kita ini mempertaruhkan hajat hidup, hak dan kewajiban kita sebagai seorang warga negara di tangan anggota dewan terhormat ini.
Akan tetapi akan menjadi aneh kalau surat seperti itu ditulis oleh Polisi, TNI, jurnalis atau bahkan Lembaga Kepresidenan misalnya.
Oh ya, saya hampir lupa kalau dulu itu memang ada seorang Presiden Indonesia yang menyebut mereka itu seperti murid dari sebuah Taman-Kanank-kanak...