"Trus, apa hubungannya dengan kelambu?" tanyaku dengan nafas tertahan. Apalagi nafas Yanti yang mengenai telingaku itu membuatku gagal fokus.
"Nah, tuh dia. Kalau pasutri itu di-lockdown terus di rumah, trus mau ngapain? katanya sambil cekikikan.
"Lha ngapain? kataku kebingungan," maklum aku itu jomblo ngenes yang bibirnya sudah puasa lebih dari dua tahun.
"Hahahaha... mas bro, mas bro.." Yanti kini tak dapat menahan tawanya.
Mukaku kemudian memerah setelah menyadari arti dari omongan Yanti tadi. Tapi sudah kepalang basah, "ceritain dong" kataku dengan nafas memburu.
"Hmmm, gini deh, rencananya kelambu itu akan berfungsi seperti masker raksasa bagi ranjang dan penghuni yang berada di dalamnya, hehehehe... Nah, setelah mandi dan bersih-bersih, kita tinggal buka baju di luar kelambu trus nyemplung ke atas ranjang..."
"Ih.. aku berteriak kaget tanpa bisa menahan suara! Kini tenggorokanku tercekat membayangkan kelambu yang kubeli juga tadinya bersamaan dengan milik Yanti. Aku itu bobonya sorangan wae, mau sarungan atau polos, ya sami mawon...
Samar-samar suara Lord Didi Kempot melantunkan lagu Pamer Bojo terdengar dari saluran tivi, berbarengan dengan suara adikku yang berteriak memanggil sembari menggoyang-goyangkan lenganku, "mas, mas bangun mas"
Rupanya aku tertidur di kursi sembari memegang brosur diskon gila-gilaan dari sebuah toserba yang akan tutup. Dibrosur itu tertulis, "Dalam rangka menyambut kedatangan Covit-19, kelambu magic seharga Rp 200K kini hanya Rp 50K saja, buruan segera sebelum stock habis"
Ondeh mandeh rupanya aku bermimpi...
"Mas, mas itu dicariin mbak Rini, soalnya simbaknya sudah nungguin dua jam dari tadi" kata adikku lagi.