Pacaranku dengan Rini pun hanya berjalan setahun. Kami bubar karena berjauhan. Aku kuliah di Surabaya, sedangkan Rini kuliah di Medan. Padahal kami berdua itu tak kuat menanggung rindu. Aku juga orangnya susah tidur nyenyak kalau terlalu lama tak dipeluk...
Sejak perpisahan itu aku tidak pernah lagi bertemu dengan Rini, hingga dua bulan lalu.
Setelah menikah dan punya anak kembar empat, penampilan Rini pun berubah total! Ia kini tampak seperti kembaran Nunung Srimulat dengan kulit yang jauh lebih gelap.
Rupanya, sejak tiga tahun lalu Rini sudah berpisah dengan suaminya. Kini hampir setiap saat aku berusaha menghindar darinya...
"Eh, mana kelambuku mas bro" bisik Yanti sampil meneguk jus jeruknya.
"ini, aku belikan dua set" kataku sambil menyerahkan sebuah bungkusan plastik.
"Thankyou ya bro, soalnya di kampungku sekarang rada susah nyari kelambu yang bagus, gampang sobek!"
"Eh, ngemeng-ngemeng untuk apa sih hare gene kamu pakai kelambu, rasanya zaman ibuku pun sudah gak pakai kelambu lagi. Di kampungmu banyak nyamuk ya" tanyaku dengan rasa heran.
"Hmmm...ada deh. Nyamuk sih gak ada, tapi aku dan mas Tony suka aja sih kalau tidur pakai kelambu. Apalagi kadang-kadang kami itu suka buka jendela..."
Glek, aku terpaksa menelan ludah ketika mendengar jendela terbuka.
Setelah celingukan ke kiri dan kekanan, Yanti kemudian berbisik ke telingaku, "sebentar lagi akan berlaku PSBB, lockdown, dan semua warga terkurung di rumahnya sendiri..."