Nah dalam perkembangannya kemudian timbul ide mengenai konsep yang akan diusung oleh rumah ini. Apakah mengusung konsep Minimalis, Art deco, Vintage, Kontemporer, bergaya Tropical, Mediterianian, Modern, Country atau Natural(isasi).
Ketika konsep Natural(isasi) kemudian dipilih, maka tentu saja ada konsekwensi dari pemilihan konsep ini, terutama menyangkut pemilihan material dan tentu saja keserasian dengan lingkungan sekitarnya (termasuk luas lahan yang tersedia).
Di Eropa (dan juga Singapura, yang menjadi acuan Anies) sebagian dari sungai lama dinaturalisasi kembali. Tanggul beton sungai kemudian di-papas perlahan untuk digantikan dengan tanah alami.
Aliran sungai yang tadinya lurus, kemudian malah dibuat berliku, melebihi aslinya. Tujuannya adalah untuk membuat sungai ini bisa menjadi tujuan ekowisata bagi masyarakat.
Akan tetapi "Lain padang lain pula belalangnya. Lain rendang lain pula pedasnya!"
Walaupun mirip-mirip, Singapura berbeda jauh dengan Singaparna. Singapura itu dekat Johor Baru (Malaya) sedangkan Singaparna ada di Tasik (Malaya).
Sungai di Singapura relatif hanya menanggung air "jinak" saja. Sebaliknya sungai di Jakarta menanggung empat beban.Â
- Pertama, banjir kiriman, lumpur dan sampah dari hulu.Â
- Kedua, hujan lokal yang jatuh di wilayah Jakarta.Â
- Ketiga, serbuan rob dari Utara (pasang naik air laut) dan keempat, permukaan tanah Jakarta yang amblas beberapa centi meter setiap tahunnya.
Jadi prinsip utama sungai di Jakarta adalah berusaha secepat mungkin mengalirkan air ke laut. Ketika terjadi hujan lebat, seluruh sungai itu pun tidak akan mampu melaksanakan fungsinya tanpa bantuan pompa-pompa raksasa.
Menahan air justru menjadi bumerang. Apalagi air datang bersama lumpur dan sampah. Lumpur akan tertahan di bawah, dan air yang datang kemudian akan membuat permukaan air semakin meninggi.
Jadi sekarang cukup jelas bagi semuanya.
Normalisasi adalah pekerjaan untuk mengembalikan fungsi aliran sungai, tanpa mempengaruhi akan seperti apa nantinya konsep/tampilan dari sungai tersebut.