Dengan kondisi begitu, jelas gaji sebulan hanya cukup untuk lima hari saja. Apalagi bini di rumah adalah tipe istri yang tak suka kalau suami pulang telat dengan "hampa tangan"
Kebetulan penulis punya beberapa rekan kerja yang "seiman" pula dalam pergumulan hidupnya.
Nah menurut anda sendiri, apakah penulis dan rekan-rekan seiman ini mendambakan sosok direksi yang baik, jujur dan bersih, agar bisa mengembalikan penulis dan rekan-rekan ke jalan yang benar?
Tentu saja tidak! Kita butuh sosok direksi yang bejat, yang paling bejat, bahkan bila perlu "dibejatkan" agar kita bisa berlindung di balik keteknya untuk  menikmati easy life.
Kebayang enggak kalau kita bisa dekat dengan bos bejat. Bos pergi ke Hongkong, kita diajakain. Bos liburan ke Barbados, kita ikut juga. Tas Hermes KW lungsuran selir bos pun bisa dikasih ke bini, biar hatinya adem kalau kita gak pulang dua hari.
Lha, kalau begitu kapan kerjanya? Lha, ikut bos itu termasuk bekerja brauw, plus ada lemburnya lagi!
Tapi namanya perjalanan hidup itu seperti roda angkot. Kadang di atas kadang di bawah. Tentu saja tidak semua orang bisa ikutan dengan bos.
Yang ikutan pasti happy sedangkan yang tak ikutan atau yang "sengaja ditinggal" kemudian menebar gosip dan sensasi. "Darr!" Sultan pun lengser keprabon...
***
AA dan juga beberapa petinggi sebelumnya menyisahkan misteri bagi maskapai penerbangan ini.
Bak kisah Kerajaan Singhasari dulu dengan keris buatan Mpu Gandring yang tersohor itu, para petinggi berikut para adipati silih berganti kemudian tersungkur oleh karma dari keris buatan Mpu Gandring itu.