Yang pertama karena Om Wowo merapat ke Istana. Kedua, karena kehilangan Gedung Bundar. Ketiga, karena tidak pernah bisa menjadi orang kepercayaan juragan.
Poin ketiga ini yang paling berat. "A friend in need is a friend indeed"
Dalam politik memang tidak ada musuh abadi ataupun teman abadi, sebab yang abadi itu hanyalah kepentingan!"
Surya Paloh bersama Nasdem-nya adalah sekutu yang baik dalam koalisi Jokowi selama ini. Berjuang bersama dalam suka dan duka, telah menunjukkan betapa "berkeringatnya" mereka selama ini.
Namun, ketika ada usaha rekonsiliasi diantara dua kubu yang sebelumnya berseteru, disinilah diuji kadar "pertemanan" dari kedua koalisi tim pendukung.
Secara politik, tentu saja kadar pertemanan itu akan dinamis mengikuti dinamika hukum politik dimana berlaku adagium, tidak ada musuh abadi ataupun teman abadi, sebab yang abadi itu hanyalah kepentingan.
Namun sebagai teman seperjuangan, hanya ada satu hukum yang berlaku, "A friend ini need is a friend indeed."
Seorang sahabat tetaplah seorang teman walaupun berseberangan dalam pandangan politik. Disinilah sosok seorang Surya Paloh diuji kadar pertemanannya.
Manuver politiknya beberapa waktu belakangan ini, dan jejak digital yang ditinggalkannya bersama sejarah perjalanan Nasdem selama ini, telah menunjukkan kepribadian dirinya.
Saya ingin mengatakan, He's not a good friend...
***