Badanku keringat dingin. Aku kemudian merapal doa, sambil mencoba untuk mengingat-ingat nama-nama ikan, burung, beruk, pokoknya nama-nama hewan yang sering ditanyakan oleh pakde ketika akan memberikan hadiah sepeda kepada warga.
Setelah bersalaman dan berbasa-basi sejenak, Pakde kemudian memberikan sebuah salak dan menyuruhku untuk mengupasnya.
Ah, aku tahu ini adalah tes kemiskinan itu. Dalam sekejap mata, aku kemudian mengupas salak itu dengan gigiku!
"Hah, anda ini fix benar-benar orang miskin rupanya ya" kata Pakde sambil tertawa.
Sambil tersipu malu aku kemudian berkata, "Saya ini bukan NR Pak. Sejak kecil saya terbiasa nyolong salak tetangga Pak, hehehe. Itu salak saya ambil pakai tangan sendiri, langsung dari pohonnya pak"
"Waduh, apa tangan saudara tidak terluka terkena durinya?"
 "Oh tentu saja tidak Pak, malah kasihan durinya patah terkena tangan saya Pak, hehehehe"
"Oalah, ternyata sampeyan ini memang benar-benar miskin banget ya..." kata Pakde sambil tertawa terbahak-bahak.
Rasanya aku belum pernah melihat Pakde tertawa begitu lepasnya.
Setelah terdiam sejenak, Pakde tampak berpikir, lalu tertawa lagi karena baru saja menemukan sebuah ide jitu.
Rencananya nanti kalau Pakde blusukan ke daerah-daerah, Pakde akan menyuruh warga untuk mengupas buah salak untuk menguji langsung kesejahteraan warganya itu!