Akan tetapi Jokowi akan bersikap fair nantinya dengan memberikan dukungan yang sama kepada setiap elite politik yang ingin maju pada perhelatan Pilpres 2024.
Elite politik yang bijak tentu saja akan bersikap cerdas untuk mendukung pemerintahan saat ini, karena sama sekali tidak ada untungnya mencoba berseberangan, karena "pestanya" sendiri pun masih lima tahun lagi...
Kedua, Prabowo Subianto
"Kalau engkau tidak bisa menaklukkan lawanmu, maka jadikan dia temanmu"
Kalimat bijak yang berlaku universal ini tentu saja sudah dipahami PS. Dua kali menelan kekalahan dari Jokowi, sudah cukup menjadi alasan bagi PS untuk menjadikan Jokowi menjadi teman, atau bahkan sahabat untuk mendukung cita-citanya yang tertunda tersebut.
Inilah yang tidak dipahami oleh 68,44 juta jiwa pendukung baginda paduka PS yang kemudian patah hati dan melakukan aksi #MatikanTVSeharian.
Padahal Jokowi adalah sosok terbaik yang bisa mendukung ambisi PS menjadi seorang presiden.
Seandainya PS berada di luar kekuasaan, maka nasibnya akan "celaka." popularitasnya akan dilibas oleh AHY atau AB ataupun Lucinta Luna, seandainya yang bersangkutan tertarik juga untuk nyalon pada 2024 nanti.
Berada dalam lingkar kekuasaan selalunya berperan besar dalam menjaga popularitas seseorang.
Mau contoh nyata? Lihat saja sosok mantan Panglima TNI, GN (Gatot Nurmantio) yang kontroversial itu. Dulu ketika masih menjabat Panglima TNI, GN ini sering membuat kegerahan dan kegaduhan, dalam rangka untuk menarik perhatian publik dan elite politik.
Salah satunya ketika ia kemudian memaksa untuk memutar film G30S/PKI di Koramil/markas TNI di seluruh Indonesia.