Tidak ada asbak terbang karena kami berdua memang bukan perokok! Yang pasti, tidak ada kehidupan sama sekali dalam rumah tanggaku.
Aku sebenarnya merasa kasihan kepada Asty. Setelah bosan menunggu aku menceraikannya, Asty akhirnya menceraikanku. Kata pengacaraku yang sangat mengidolakan Hotman Paris itu, hal itu justru bagus buatku, karena dengan demikian Asty tidak bisa lagi semena-mena untuk menuntut harta gono-gini.
Aku hanya bisa tertawa getir. Aku ini dokter kere, bukan dokter bedah plastik yang sekali oplas bisa dapat puluhan juta.
"Cari makan yuk, aku laper nih..." ucap Miranda membuyarkan lamunanku.
"Hayu, Aku juga laper bingits" kataku sambil tertawa. Kami pun keluar menuju mobil.
Aku baru saja menutup pintu mobil sebelah kiri ketika seseorang kemudian menarikku. Ternyata mantan suami Miranda! Belum lagi hilang kagetku, ia segera memukulku dengan pemukul bisbol yang dipegangnya tadi. Lalu semuanya menjadi gelap!
***
Aku baru saja membuka mataku yang terasa berat ketika aku kemudian mendengar suara seseorang. "Hai Rud, gimana kabarnya hari ini?" tanya dokter itu sambil mencatat sesuatu di lembar status pasien. Wajahnya terasa familiar bagiku
"Makanya Rud, obat-obatan ini tidak bisa dihentikan langsung mendadak begitu saja! Gini deh akibatnya, jadi fatal kan? Nah terpaksa kita harus mulai dari awal lagi nih. Padahal tiga bulan lalu, sebagian obatnya sudah kita tapering off kan" kata dokter itu sedikit kesal.
Aku kemudian mendengar sebuah kisah, kalau lima hari lalu, seorang pasien rumah sakit jiwa berhasil membajak sebuah metromini yang kebetulan sedang ngetem di depan RSJ. Sopir metromini itu kemudian mengalami gegar otak karena dilemparkan pembajak itu dari atas "kokpitnya."
Setelah mengajak beberapa temannya dari RSJ, pembajak itu kemudian membawa metromini nahas itu ke Taman Safari.