Mohon tunggu...
Reinhard Hutabarat
Reinhard Hutabarat Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penikmat kata dan rasa...

Menulis untuk senang-senang...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Doa Seorang Napi (Bagian 2)

9 Agustus 2017   16:26 Diperbarui: 9 Agustus 2017   21:51 1045
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto : detikNews

Hendra kemudian mencukur rambutnya dengan potongan pendek. Kumis serta jenggotnya juga dibabat habis. Ketika melihat wajahnya di cermin, Hendra terlihat kaget dengan penampilannya. Wajahnya nyaris sama dengan wajah ketika pertama kali datang kemari dulu. Wajahnya terlihat tampan, lalu dia tersenyum. Itulah senyum manis pertamanya di lapas....

***

Bergabung dengan penjahat jalanan membuat Hendra belajar banyak dari segala pengetahuan yang buruk. Hampir semua "bahasa-bahasa kotor" dari berbagai suku bahasa negeri ini dia tahu. Cara-cara mencopet, mencuri, menipu, menghipnotis, mencongkel pintu mobil, mencuri motor, memalsukan minyak makan, pokoknya segala hal yang berbau penipuan dan pemalsuan dipelajarinya dari sesama napi. Hanya memalsukan gigi palsu yang belum pernah dia pelajari di penjara itu...

           

Karena selama ini dianggap "berkelakuan baik", Hendra lalu dipindahkan ke kavling yang bagus. Kavling mewah tempat para penjahat "white collar crime", Penjahat berdasi, boss narkoba, Penipu kelas kakap, Penjahat yang suka berbicara dengan mengutip kata-kata mutiara dari Socrates, Plato ataupun Gandhi berada...

 

Di kavling yang baru sejuk karena ruangannya luas sementara penghuninya sedikit. Di lapas kaum proletar, penghuninya berjejal seperti penumpang komuter. Untuk tidur pun terpaksa harus bergantian... Status sosial jelas menentukan tempat. Napi kelas kakap mempunyai banyak "tamu" yang datang mengunjungi mereka. Mulai dari tamu terhormat kelas pejabat, politisi, rohaniawan, media maupun kaum kere yang mengharapkan "salam tempel" dari mereka. Walaupun di lapas, napi kelas kakap ini tetap mendapat penghormatan dari banyak pihak!

Itulah sebabnya mereka itu tidak pernah merasa bersalah dan tidak pernah juga merasa sebagai seorang penjahat! Mereka meyebut dirinya cuma apes, sial saja. Biasanya kalau napi kelas kakap itu mantan pejabat atau anggota DPR, pengunjung itu dikasih "sangu" amplop sekedar pengganti uang lelah. Tetapi amplopnya biasanya cukup tebal, sehingga membuat para pengunjung itu rajin berkunjung kembali.  Disini "yang tidak ada,akan tetap ada!" Pizza, Sphagetti, Bakmi GM pun tetap ada. Disini uang yang berbicara dan di kavling ini, penghuninya memang orang berkelebihan uang....

***

Setahun sejak Hendra berada di cluster yang baru, terjadi berita besar! Perang besar antar Geng Narkoba terjadi di Jakarta. Jordan big bos yang selama ini menguasai pasaran mati tertembak oleh jaringan bandar baru yang dipimpin oleh Amir, mantan anak buah Jordan sendiri. Tetapi tiga hari kemudian Amir juga mati tertembak dalam sebuah aksi tembak menembak di Marina yang menewaskan dua belas orang anggota sindikat narkoba. Munculnya kembali nama Jordan dan Amir mengingatkan orang kepada nama Maya dan Hendra...

Enam tahun yang lalu ada berita besar menghiasi Head-line semua surat kabar, majalah maupun televisi. Kehadiran seorang Gembong muda narkoba membuat perang antar Boss Narkoba berkecamuk dan berahir tragis dengan masuknya Gembong muda narkoba tersebut kedalam penjara, serta kematian pacarnya yang juga seorang mantan model terkenal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun