Mohon tunggu...
Reinhard Hutabarat
Reinhard Hutabarat Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penikmat kata dan rasa...

Menulis untuk senang-senang...

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Strategi “Senyum Mas Ganteng” Pasangan Agus-Sylviana

19 Oktober 2016   21:07 Diperbarui: 20 Oktober 2016   00:56 1417
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto : Merdeka.com

Masa kampanye Cagub DKI Jakarta sebentar lagi akan dimulai. Setiap pasgub tentulah punya strategi masing-masing. Konon Maia Estianty dan Sophia Latjuba telah merapat ke kubu Ahok, sedangkan Nunung Srimulat dipastikan tidak jadi merapat ke Cikeas.

Mari kita cermati strategi yang diusung oleh mas Agus dari poros Cikeas ini.

Strategi 1. Diam itu emas.

“Sepandai-pandai tupai melompat, pasti akan jatuh juga.”

Gara-gara Anies salah ngomong soal kali bersih karena Foke, yang kemudian langsung disanggah mbah Google, Anies babak belur dihajar Teman Ahok.

Gara-gara omongan Ahok dipelintir Buni Yani, Ahok babak belur didemo duet Amien Rais- Rizieq Rubicon dan ormas FPInya.

Belajar dari tragedi tersebut, Menurut hemat Agus, lebih baik dia diam-diam saja sampai hari pencoblosan tiba. Kalau dia diam saja, kan tidak mungkin Buni Yani, Anies, Teman Ahok, atau Rizieq Rubicon dan ormas FPInya akan memelintir omongannya. Jadi Agus “maen safe” saja seperti gaya Cikeas sang ayah. Ketika pencoblosan selesai kelak dan pemenangnya telah diketahui, barulah Agus akan “ngebacot” kepada warga!

Kemarin Kanjeng Dimas ditanyain wartawan, bisakah dia menggandakan selingkuhan siwartawan? Kanjeng Dimas diam saja. Ahirnya menurut si wartawan, sebenarnya Kanjeng Dimas bukannya tidak bisa menggandakan selingkuhannya, tetapi dia pura-pura tidak tahu saja dibalik aksi diamnya, padahal dia adalah pakar dan penikmat penggandaan.

Logika berpikir itulah yang akan dipakai Agus dalam perhelatan Pilgub ini. Ketika wartawan bertanya kepadanya, bagaimana konsepnya dalam mengatasi kemacetan dan banjir, Agus akan diam saja. Nanti siwartawan akan berpikir, mas Agus ini pura-pura diam, karena takut nanti konsepnya itu ditiru oleh Ahok atau Anies. padahal dia itu adalah pakar dan penikmat kemacetan dan banjir!

Strategi 2. Perbanyak senyum untuk menebar pesona.

Strategi ini berhasil dengan baik dimainkan oleh pak Beye ketika itu. Senyum manis pak Beye berhasil merontokkan hati ibu-ibu dari kampung-kampung di seantero negeri ini untuk memilihnya. Dari hasil data survey, para ibu itu didominasi para nenek lansia yang sudah pikun!

Akan tetapi di Jakarta ini tidak terlalu banyak lagi kampung-kampung yang akan dirayu. Yang ada paling Kampung Rawa, kampung Bali atau Kampung Rambutan. Lagipula ibu-ibu di Jakarta itu lebih tertarik kepada bunga deposito, cincin berlian atau Lamborghini daripada sekedar senyum manis doang!

Kalau saya menjadi bagian tim sukses pasangan Agus-Sylviana ini, memang hanya strategi inilah yang akan dilaporkan ke Cikeas, tak ada yang lain. Saya membayangkan guratan senyum kebanggan pak Beye ketika menceritakan “Strategi mengulang kisah lama” dengan memakai resep turun temurun warisan nenek moyang dari padepokan Cikeas, yaitu Ilmu Pamungkas “Senyum Mas Ganteng perontok sukma”

Ilmu senyum ini lebih hebat daripada “ilmu santet ala Mbah Putung” dari Cinere yang dimainkan Anies atau kombinasi ilmu Golok Pelangi dan Suling Emas warisan manusia dewa Bu Kek Siansu yang dimainkan Enghiong (pendekar) Ahok. Ilmu ini sekilas seperti tanpa usaha, karena bermodal senyum doang, dan memanfaatkan “momentum balik” dari tenaga lawan sendiri.

Misalnya Anies nanti salah ngomong lagi, Agus harus cepat-cepat cari moment yang tepat dengan menyalahkan Anies dan membela Ahok. Lalu misalnya Ahok ngebacot lagi, trus didemo Rizieq Rubicon dan ormas FPInya, Agus harus cepat-cepat menyalahkan Ahok dan membela Anies. Lho koq Anies bukan Rizieq Rubicon?

Pertama, Rizieq Rubicon ini adalah seorang pembela kebenaran. Jadi kalau membela dia, sama saja dengan menghinanya dengan gerombolannya, karena dia itu terlahir sebagai pembela, bukan untuk dibela, apalagi dibelai!

Kedua, strategi membela Anies ketika Ahok salah dan sebaliknya adalah strategi jitu melebihi angka jitu togel. Akibatnya keduanya tidak akan menganggap Agus sebagai saingan. Dengan demikian TS tidak perlu membentuk “Sub-Datasemen Anti Teror” penangkal serangan saingan. Ahirnya biaya kampanyepun bisa dihemat.

Ketiga, Pada ahirnya Ahok akan “fight” berhadap-hadapan dengan Anies. Pertarungan ini akan berjalan “keras, lama dan melelahkan”. Setelah keduanya tak berdaya, mas Agus yang ganteng akan berjalan kedepan diantara keduanya sambil tak lupa menebarkan senyum pesonanya.

Strategi 3. Mengangkat Roy Suryo sebagai Ketua Tim Pemenangan.

Biasanya maling memakai “ilmu sirep, babi ngepet atau tuyul” untuk menghilangkan jejak agar tidak kelihatan ketika menggondol barang-barang dari rumah. Namun Roy Suryo tidak memerlukan hal-hal klenik untuk menggondol barang-barang inventaris seperti keset kaki, kain horden dan sebagainya. Semuanya terlihat nyata dan jelas, bukan rekayasa atau editan ala photoshop. Konon panci dan tutupnya juga tidak kelihatan lagi dirumah dinas Menteri tersebut.

Bukan rahasia umum lagi kalau Roy Suryo ini “banyak bisanya”. Mulai dari IT, ngeles, salah bicara, salah tertawa, hingga mengamankan barang inventaris rumah dinas Menteri. Ilmu-ilmu Roy Suryo ini tentulah sangat bermanfaat dan berfaedah untuk dipraktekkan pada perhelatan pilgub ini, apalagi konon Ahok sudah pasti didukung oleh sejuta suara pemberi KTP.

Tapi sebentar dulu! Gaya kampanye seperti ini koq terasa tidak asing ya pada era 2004?

Ini yang nyagub sebenarnya siapa sih? Bapak atau anak?

Jadi begini kisah sebenarnya para pembaca yang terhormat. Berhubung penyakit Post power Syndrome lagi trend dan ramai diminati para tetua di negeri ini, seperti Amien Rais dan Yusril misalnya, ternyata trend tersebut mampir juga ke Padepokan Cikeas. Karena syahwat politik ternyata tidak pernah kendur di negeri ini, pak Beye pun ternyata gatal juga pingin turun gunung untuk mengajari Ahok bagaimana cara menata Jakarta dengan baik dan benar.

Lho, kalau begitu kenapa pak Beye tidak langsung nyagub saja, soalnya mas Agus ini juga kelihatan seperti terpaksa gitu lho nyagubnya. Menurut info yang kurang layak dipercaya, penyebab utamanya terletak pada Ilmu Pamungkas “Senyum Mas Ganteng perontok sukma” itu, yang menuntut kekuatan, ketahanan dan kelenturan bibir pelantunnya.

Harap maklum pembaca, namanya juga kalau sudah berumur, semuanya pada kendur dan saraf-saraf tidak sekuat dulu lagi, dan rawan terkena penyakit “mononeuropati” terutama pada saraf ketujuh (saraf fascialis) yang mengakibatkan kelumpuhan otot pada wajah sehingga bibir menjadi mencong (Bell’s Palsy)

Akibatnya senyum mejadi “sepet” dan tidak menawan lagi. Kalau sudah begini, resep turun temurun warisan nenek moyang itu menjadi “Edi tansil” dan membawa sial!

Ahirnya mereka berbagi tugas. Pak Beye yang mikir, Agus cuma senyum, senyum dan senyum.

Ya sudah, mari kita semuanya tersenyum....

Reinhard Freddy

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun