Akan tetapi di Jakarta ini tidak terlalu banyak lagi kampung-kampung yang akan dirayu. Yang ada paling Kampung Rawa, kampung Bali atau Kampung Rambutan. Lagipula ibu-ibu di Jakarta itu lebih tertarik kepada bunga deposito, cincin berlian atau Lamborghini daripada sekedar senyum manis doang!
Kalau saya menjadi bagian tim sukses pasangan Agus-Sylviana ini, memang hanya strategi inilah yang akan dilaporkan ke Cikeas, tak ada yang lain. Saya membayangkan guratan senyum kebanggan pak Beye ketika menceritakan “Strategi mengulang kisah lama” dengan memakai resep turun temurun warisan nenek moyang dari padepokan Cikeas, yaitu Ilmu Pamungkas “Senyum Mas Ganteng perontok sukma”
Ilmu senyum ini lebih hebat daripada “ilmu santet ala Mbah Putung” dari Cinere yang dimainkan Anies atau kombinasi ilmu Golok Pelangi dan Suling Emas warisan manusia dewa Bu Kek Siansu yang dimainkan Enghiong (pendekar) Ahok. Ilmu ini sekilas seperti tanpa usaha, karena bermodal senyum doang, dan memanfaatkan “momentum balik” dari tenaga lawan sendiri.
Misalnya Anies nanti salah ngomong lagi, Agus harus cepat-cepat cari moment yang tepat dengan menyalahkan Anies dan membela Ahok. Lalu misalnya Ahok ngebacot lagi, trus didemo Rizieq Rubicon dan ormas FPInya, Agus harus cepat-cepat menyalahkan Ahok dan membela Anies. Lho koq Anies bukan Rizieq Rubicon?
Pertama, Rizieq Rubicon ini adalah seorang pembela kebenaran. Jadi kalau membela dia, sama saja dengan menghinanya dengan gerombolannya, karena dia itu terlahir sebagai pembela, bukan untuk dibela, apalagi dibelai!
Kedua, strategi membela Anies ketika Ahok salah dan sebaliknya adalah strategi jitu melebihi angka jitu togel. Akibatnya keduanya tidak akan menganggap Agus sebagai saingan. Dengan demikian TS tidak perlu membentuk “Sub-Datasemen Anti Teror” penangkal serangan saingan. Ahirnya biaya kampanyepun bisa dihemat.
Ketiga, Pada ahirnya Ahok akan “fight” berhadap-hadapan dengan Anies. Pertarungan ini akan berjalan “keras, lama dan melelahkan”. Setelah keduanya tak berdaya, mas Agus yang ganteng akan berjalan kedepan diantara keduanya sambil tak lupa menebarkan senyum pesonanya.
Strategi 3. Mengangkat Roy Suryo sebagai Ketua Tim Pemenangan.
Biasanya maling memakai “ilmu sirep, babi ngepet atau tuyul” untuk menghilangkan jejak agar tidak kelihatan ketika menggondol barang-barang dari rumah. Namun Roy Suryo tidak memerlukan hal-hal klenik untuk menggondol barang-barang inventaris seperti keset kaki, kain horden dan sebagainya. Semuanya terlihat nyata dan jelas, bukan rekayasa atau editan ala photoshop. Konon panci dan tutupnya juga tidak kelihatan lagi dirumah dinas Menteri tersebut.
Bukan rahasia umum lagi kalau Roy Suryo ini “banyak bisanya”. Mulai dari IT, ngeles, salah bicara, salah tertawa, hingga mengamankan barang inventaris rumah dinas Menteri. Ilmu-ilmu Roy Suryo ini tentulah sangat bermanfaat dan berfaedah untuk dipraktekkan pada perhelatan pilgub ini, apalagi konon Ahok sudah pasti didukung oleh sejuta suara pemberi KTP.
Tapi sebentar dulu! Gaya kampanye seperti ini koq terasa tidak asing ya pada era 2004?