Mohon tunggu...
Reinhard Hutabarat
Reinhard Hutabarat Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penikmat kata dan rasa...

Menulis untuk senang-senang...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kisah Pilu Jembatan Penyeberangan Orang (JPO)

28 September 2016   21:10 Diperbarui: 28 September 2016   21:20 278
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kasus rubuhnya JPO (Jembatan Penyeberangan Orang) dikawasan Pasar Minggu kemarin meninggalkan guratan duka yang mendalam. JPO yang fungsinya untuk membantu “memanusiakan” manusia dari ancaman terjangan kenderaan bermotor yang kejam terhadap pejalan kaki itu, kemudian malah menjadi bumerang dengan “menerjang” manusia yang harus dilayaninya.

Memang sudah begitulah rupanya guratan garis tangan anak negeri ini. Musibah selalu mendahului pola pikir! Lalu terjadilah saling tuduh, Kemudian diahiri dengan permufakatan untuk mencari kambing hitam. Ketika terjadi lagi musibah susulan, barulah semua tergerak untuk mencari solusi. Ketika musibah hanya sekali saja, semua lalu beranggapan bahwa hal itu adalah semata cobaan dari Atas, sesuai dengan kehendak-Nya...

Di Jakarta ada ratusan JPO yang dipakai masyarakat sehari-hari untuk meyeberang. JPO Pasar Minggu adalah representatif dari seluruh keberadaan JPO yang ada di DKI! Penyebab utama dari bencana tersebut adalah BILLBOARD yang menempel pada pagar jembatan tersebut! Dimensi billboard iklan yang terlalu besar sehingga menutupi seluruh JPO, sangat rawan ambruk ketika terjadi hujan dan angin yang sangat kencang.

Mari kita amati beberapa hal penting menyangkut JPO ini.

1. Pemilik JPO

Dishub DKI adalah pemilik dan penanggung jawab dari keberadaan JPO ini. KadisHublah yang “In-charge” untuk pengadaan dan  pemeliharaan/perawatan JPO ini, bukan saja untuk keselamatan dan kenyamanan masyarakat pengguna JPO tersebut, akan tetapi juga bagi keselamatan dan kenyamanan lalu lintas dibawah jembatan tersebut!

JPO harus diperiksa dan dirawat secara berkala terutama pada karat dan sambungan las. Bagian JPO yang paling rawan itu terutama pada pijakan anak tangga, railing dan lantai jembatan yang biasanya terbuat dari pelat bordes. Banyak pihak yang berkompeten sering abai terhadap “gaya angin” dan juga getaran dari kenderaan yang berpengaruh terhadap bagian dari JPO itu sendiri. Itulah sebabnya JPO harus rutin diperiksa!

2. Pemprov DKI

Billboard iklan yang terpasang pada seluruh badan JPO tentulah atas seijin Pemprov DKI cq Dinas terkait, karena Pemprov DKI memperoleh pendapatan dari iklan yang terpasang dan sekaligus juga sewa tempat untuk berdirinya iklan tersebut (pada pagar JPO)

Bisa dipastikan Dinas terkait ini tidak akan berkoordinasi/berkonsultasi dengan Dishub selaku pemilik JPO, maupun kepada Dinas PU/Pihak Teknis terkait untuk meminta pendapat teknis sehubungan dengan penempatan billboard iklan pada pagar JPO.

Ada juga kemungkinan permainan luas bidang iklan billboard yang berhubungan dengan jumlah biaya yang harus dibayar pihak advertising. Bisa saja biaya retribusi yang dibayar untuk 25 m2 misalnya, akan tetapi terpasang dilapangan adalah sebesar 50 m2. Atau luas izin hanya 10 m2, akan tetapi dilapangan luasnya mencapai 30 m2.

Mengapa hal ini bisa terjadi? Jawabannya sangat sederhana. Karena tidak ada yang perduli!

Kalau Dishub saja tidak tahu JPOnya diganduli oleh billboard iklan yang menutupi hingga atap JPOnya, Dispenda juga tidak tahu persis berapa luasan iklan yang terpasang di JPO, dan apakah sesuai dengan biaya yang disetor oleh pihak advertising, lantas apa yang bisa kita perbuat?

3. Billboard Iklan

Disinilah Akar permasalahan sebenarnya! JPO itu tidak didesain untuk ditempeli oleh billboard, apalagi dengan dimensi besar yang menutupi seluruh JPO sampai ke atap! Dalam kondisi normal, beban seluruh konstruksi billboard itu mungkin masih bisa ditahan oleh konstruksi pagar JPO.

Dalam kondisi ekstrim ketika hujan dan angin kencang menghantam dinding billboard yang menempel pada pagar JPO tersebut, maka beban yang harus ditahan JPO ketika itu bisa mencapai lebih dari sepuluh kali lipat dari berat keseluruhan dari konstruksi billboard itu sendiri!

Coba kita bayangkan, kalau misalnya panjang JPO tersebut adalah 25 m dan seluruhnya ditutupi oleh billboard dengan tinggi 3 m, berarti bidang luasnya adalah 75 m2, lalu dihantam hujan dan angin kencang berkecepatan 50 km/jam menerpa seluruh permukaan billboard tersebut. Kira-kira menurut anda apa yang akan terjadi?

Hujan dan angin kencang kemudian menggulingkan billboard yang menempel pada pegangan tangga JPO tersebut, melepaskan pagar jembatan dari dua gelagar utama jembatan tersebut!

Itulah sebabnya kalau ada orang yang sedang berada diatas JPO tersebut, bisa dipastikan akan segera terjatuh kebawah tanpa bisa berbuat apa-apa!

Selain itu billbord iklan yang menutupi seluruh tubuh JPO hingga ke atap itu, juga menjadikan jembatan tersebut rawan kejahatan karena tidak terlihat dari bawah sekiranya terjadi tindakan kejahatan terhadap warga pemakai JPO!

Sebenarnya bukan billboard yang menempel pada JPO saja yang berbahaya. Billboard raksasa yang sering berada persis dipinggir jalan, sangat rawan juga ambruk dan melukai orang kalau terjadi angin kencang. Sudah seharusnya Pemerintah menata ulang semua billboard iklan itu. Jangan sampai terjadi musibah dulu baru semuanya dibenahi.

Reinhard Freddy  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun