Aku akan menjumpai dewa laut dikedalaman sana dan mengatakan kepadanya, Aku Kabei anak Bajau Sampela! Tidak akan ada lagi yang boleh mengutuki aku! Tidak akan ada lagi yang boleh mengatur hidupku! Aku akan mengatur sendiri hidupku dan aku akan berjuang untuk itu seperti nenek moyangku dari Sulu yang berani merantau dengan leppa hingga sampai ke Tanjung Pengharapan di Afrika.
Beberapa tahun terahir, kehidupan orang Bajau laut sangat meyedihkan. Kapal-kapal penangkap ikan besar telah menghabiskan ikan-ikan di Taman Nasional Wakatobi, mereka menangkap ikan jauh ke dalam zona tangkap ikan yang dilindungi. Orang laut itu sekarang kelaparan, dewa laut tidak lagi memberikan ikan. Mereka hanya orang lugu, sederhana, tulus, dan tidak tahu baca tulis. Mereka hanya menangkap ikan untuk dimakan hari itu saja, tidak ada yang disimpan untuk besok.
Kini akulah yang menjaga wilayah itu. Aku mengusir setiap kapal-kapal penangkap ikan yang masuk wilayah Bajau, termasuk kapal dari Vietnam, China dan Malaysia.
Disini semua menghormatiku, karena aku penguasa laut dan aku tahu apa yang kulakukan. Dewa laut terlalu sibuk bermain dengan putri duyung di kedalaman sana. Sekarang ikan-ikan sudah mulai kembali lagi seperti semula. Orang Bajau Sampela sudah mulai berdendang dengan riang.
Aku Kabei anak Bajau Sampela!
“Kini aku mengerti... Memang perlu waktu yang panjang untuk menjadi Seseorang yang aku inginkan...”
Reinhard Freddy
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H