Mohon tunggu...
Choirul Anam
Choirul Anam Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis Partikelir

Ngaji, Ngopi, Literasi, Menikmati hidup dengan huruf, kata dan kalimat

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Santri Online Gus Baha

9 Desember 2024   07:00 Diperbarui: 9 Desember 2024   10:37 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Santri Online | alfattah.or.id

Ngaji Maulid: Merayakan Cinta pada Rasulullah

Bulan Maulid selalu menjadi waktu yang istimewa. Saya tidak hanya mendengarkan ceramah Gus Baha, tetapi juga meresapi bagaimana beliau menyampaikan kecintaannya pada Nabi Muhammad.

Pernah dalam satu pengajian Maulid, Gus Baha membahas kisah Nabi yang selalu mendoakan umatnya, bahkan di saat-saat terakhir hidupnya. "Nabi itu tidak pernah lelah memikirkan kita, tapi sering kali kita yang lupa memikirkan beliau," ucap Gus Baha.

Kata-kata ini membuat saya merenung. Saya merasa, bulan Maulid bukan sekadar perayaan, tetapi momen untuk mengevaluasi sejauh mana saya telah mengikuti jejak Rasulullah. Ngaji di bulan Maulid bersama Gus Baha mengajarkan bahwa cinta pada Nabi harus diwujudkan dalam akhlak, bukan hanya dalam ritual.

Haul Abah KH Nur Salim: Meneladani Ulama Sejati

Setiap bulan Rajab, haul Abah Gus Baha, KH Nur Salim, menjadi salah satu momen yang selalu saya nantikan. Melalui cerita-cerita Gus Baha, saya bisa merasakan betapa besar pengaruh Abah beliau dalam membentuk kepribadian dan keilmuan Gus Baha.

Dalam salah satu haul, Gus Baha bercerita bagaimana ayahnya mengajarkan keikhlasan dalam beramal. "Bapak itu tidak pernah memikirkan penghargaan dari manusia. Yang beliau pikirkan hanya ridha Allah," ujar Gus Baha.

Cerita ini membuat saya merenung. Di zaman sekarang, di mana segala sesuatu sering kali dilakukan demi pengakuan, keikhlasan menjadi hal yang sangat langka. Haul ini mengajarkan saya untuk terus meluruskan niat, baik dalam mencari ilmu maupun dalam beramal.

Mengapa Tetap Santri Online?

Ada yang bertanya, kenapa saya masih setia menjadi santri online? Bukankah lebih baik hadir langsung di majelis? Bagi saya, menjadi santri online bukan pilihan yang ideal, tetapi tetap berharga.

Teknologi telah membuka akses ilmu yang luas. Meskipun tidak bisa hadir langsung, saya tetap bisa belajar dari Gus Baha melalui ceramah-ceramahnya. Yang terpenting adalah bagaimana saya memanfaatkan ilmu tersebut untuk memperbaiki diri, bukan sekadar menambah pengetahuan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun