Mohon tunggu...
Choiron
Choiron Mohon Tunggu... Administrasi - Hidup seperti pohon. Menyerap sari makanan dan air dari mana saja, dan pada saatnya harus berbuah.

Hanya sebuah botol kosong...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Anakku Bukan Cabe-cabean

15 Oktober 2014   14:56 Diperbarui: 17 Juni 2015   20:57 336
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku terbangun dengan nafas terengah-engah. Rupanya aku baru saja jatuh dari tempat tidur. Aku bergegas berdiri dan berlari menuju kamar anak-anakku. Dari balik pintu, tampak Putri sedang asyik dengan notebooknya sambil mendengarkan lagu Zombie  dari Cranberies.

"Sedang apa?" Tanyaku masih dengan nafas terengah-engah.

Putri menyadari kehadiranku dan sambil tersenyum dia menjawab, "Eh Bapak sudah bangun. Ini sedang menyelesaikan episode terakhir dari novelku."

"Bagus lanjutkan. Nanti Bapak koreksi kalau suidah selesai ya." Putri hanya tersenyum mendengar komentarku.

Berikutnya aku menuju ke kamar Dimas. Tampak Dimas sedang berbincang-bincang dengan ibunya. Seperti biasa, Dimas juga sedang di tempat tidur dengan notebooknya sambil mendengarkan lagu-lagu indee yang aku sendiri tidak begitu mengenalnya.

"Eh Bapak sudah bangun. Makan ya?" kata istriku, kemudian berdiri menghampiri dan mencium pipiku. Aku masih tertegun dengan mimpiku barusan yang begitu tampak nyata. Mungkin karena aku tidur menjelang maghrib. Namun aku bersyukur kalau ternyata anakku baik-baik saja. Putri bukanlah tipe anak layangan dan tersesat menjadi cabe-cabean. Sedangkan Dimas juga bukan tipe anak yang tidak betah di rumah dan menjadi anggota punk.

"Alhamdulillah ya Allah. Engkau karuniai aku dengan anak-anak yang baik dan dijauhkan dari segala mara bahaya," seruku sambil menyeka genangan air di sudut mata.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun