"Ayo, Mas tadi mampir ke mana?" Goda istriku sambil merangkulku.
Aku tidak menjawab candaan istriku. Pikiranku benar-benar masih bingung dengan lamanya perjalanan dari palang pintu kereta api tadi ke rumah yang hampir memakan waktu 3 jam. Padahal perjalanan dari kantor ke rumah saja biasanya hanya memakan waktu 1 jam.
"Malam yang aneh," gumanku lagi sambil mengunci pintu gerbang dan masuk ke dalam rumah menyusul istriku yang sudah terlebih dahulu masuk.
"Maaa... Ini kardus berkat dari siapa?" Tanyaku saat sebuah kardus makanan yang biasanya dihantar tetangga saat ada acara syukuran atau tahlilan.
"Ghak tahu... tadi ada warga dari tahap 3 yang menghantarkannya ke sini," jawab istriku dari dalam kamar.
Aku mencoba membaca sebuah kartu yang tertempel di atas kardus dengan seksama. Di situ tertulis, "Memperingati 7 hari wafatnya putri kami....." Dek... jantungku terasa berhenti saat membaca nama yang tertulis di bagian tengah kartu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H