Mohon tunggu...
Choiron
Choiron Mohon Tunggu... Administrasi - Hidup seperti pohon. Menyerap sari makanan dan air dari mana saja, dan pada saatnya harus berbuah.

Hanya sebuah botol kosong...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Wanita di Malam Ketujuh

24 Desember 2014   22:28 Diperbarui: 17 Juni 2015   14:32 200
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Iya sama-sama Mbak Nadia," jawabku.

Berikutnya, aku segera memutar arah mobil melewati sebuah gang untuk sampai di rumahku di tahap 2.

Baru saja mobilku sampai di depan rumah, saat istriku membuka pintu dan menyambutku dengan senyuman khasnya.

"Kok malam sekali Mas?"

"Iya, ada lembur. Juga hujan bikin jalanannya harus pelan-pelan."

"Lembur kok sampai tengah malam toh Mas," sergah istriku lagi.

"Lah inikan baru jam 10-an toh," jawabku mencoba membela diri.

"Sudah jam 1 dini hari Mas," bisik istriku lagi.

Aku mencoba melihat ke arah jam tanganku dan ternyata benar.

"Mas, kok bengong?" Tanya istriku lagi.

"Oh enggak. Cuman heran saja, mengapa aku bisa sampai di rumah jam 1. Padahal tadi berangkat dari kantor sekitar jam 21.00."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun