Mohon tunggu...
Cintra Afridiyana
Cintra Afridiyana Mohon Tunggu... Penerjemah - Juru Bahasa Isyarat

Cintra Afridiyana adalah seorang juru bahasa isyarat yang berdomisili di Jakarta. Aktif bersama teman-teman komunitas Tuli sejak tahun 2016. Saat ini berada di naungan Pusat Layanan Juru Bahasa Isyarat Indonesia. Tertarik dengan isu sosial, politik, kesetaraan gender, kesehatan, dan pendidikan.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Kilas Balik: HORAS AMANG, Tiga Bulan yang Memberi Makna

1 September 2016   00:57 Diperbarui: 1 September 2016   01:17 477
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tarian pembuka cerita (dokumen pribadi)

Karena mereka tak sanggup membayar uang tuntutan, maka Amang memiliki lima permintaan yang harus dilakukan oleh anak-anaknya dalam kurun waktu tiga bulan. Permintaan itu adalah; 1) sarapan pagi bersama, 2) menelepon dan menanyakan kabar Amang secara rutin setiap hari kerja, 3) khusus untuk Tarida, kencan buta dengan delapan pria - empat pria pilihan Amang dan empat lainnya boleh pilihan Tarida sendiri, 4) Maruli dan Debora tinggal bersama di rumah Amang, dan 5) Dame rutin memberikan uang sebesar 6 juta setiap bulan pada Amang. Walau alot, akhirnya permintaan itu disepakati oleh ketiganya.

Perlahan kelima permintaan tersebut dijalani oleh ketiga anak Amang. Tarida, si anak pertama akhirnya menemukan tambatan hatinya, yaitu Parulian, teman main catur dan juga pengacara Amang. Mereka menikah dan hidup bahagia. Debora, istri Maruli menjadi kerasan dan merasa memiliki keluarga setelah tinggal di rumah Amang. Ia juga jadi banyak belajar tentang adat istiadat Batak dan khususnya tentang tutur sapa hierarkis dalam budaya Batak. Terakhir, si bungsu Dame, ia menjadi sosok pekerja keras yang pantang menyerah karena terbiasa untuk mencari uang secara mandiri. Ia juga akan segera menikah dengan Arta, gadis dari Toba sana yang tulus mencintainya.

Tiga bulan yang penuh makna itu hampir usai. Amang lega karena kini tugasnya sebagai orang tua hampir tuntas. Ia tak khawatir lagi perihal generasi penerusnya akan jadi seperti apa. Namun, kini kondisi kesehatan Amang tak sebaik dulu. Belakangan ia sering terjatuh tanpa sebab. Hal itu membuat anak-anaknya cemas. Rupanya, selama ini Amang menyembunyikan penyakitnya dari ketiga anaknya. Penyakit kanker usus itu kini sudah semakin parah dan waktu Amang untuk bersama keluarganya tidaklah lama lagi.

Betapa hancur hati Maruli mendengar penyakit ayahnya. Sebagai dokter spesialis penyakit dalam, ia tidak berbuat apa-apa untuk itu.  Amang juga menolak niat Maruli untuk mencoba mengobatinya. Ia tidak ingin menyusahkan anak-anaknya untuk itu. Asal anak-anaknya telah bahagia dan memegang nilai-nilai luhur yang seharusnya, itu sudah cukup baginya.

Bersama segala memori akan tiga bulan yang memberi makna untuk selamanya itu, kini Amang sudah dapat beristirahat dengan tenang di Surga sana. 

Keseluruhan cerita tersebut dikemas sangat apik oleh teater Legiun. Lakon yang naskahnya digarap oleh Ibas Aragi yang juga sebagai Sutradara ini, membuat penontonnya larut dalam emosi-emosi dalam cerita. Humor yang terselip, konflik yang diangkat, pesan moral yang tersirat dan tersurat, kekuatan karakter tokoh, alunan musik Batak, efek cahaya, dan tentunya tarian-tarian pendukung, semuanya dikolaborasikan dengan sangat baik. Saya berharap Teater Legiun bisa konsisten berkarya dan menampilkan lakon-lakon yang lebih seru lagi, sehingga dapat terus menebarkan berkat ke sesama! 

Mauliate! Ditunggu pementasan berikutnya.

Horas!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun