Mohon tunggu...
Chindy Surya Pratiwi
Chindy Surya Pratiwi Mohon Tunggu... Penulis - Chindy

Chindy

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Klarifikasi Anak Berkebutuhan Khusus

7 Desember 2020   14:59 Diperbarui: 7 Desember 2020   15:03 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Maka dari itu, anak yang mengalami gangguan ringan dapat dibantu dengan alat bantu dengar dan anak yang mengalami gangguan ini bukan merupakan sasaran utama pendidikan penyandang cacat. Dan didalamnya terdapat dua cakupan diantaranya: Anak kurang dengar (hard of hearing) dan Anak tuli (deaf).

Sebagian anak tunarungu memiliki konduktif kehilangan pendengaran, tuli ringan atau sedang dan dididik di sekolah umum. Identifikasi yang sering muncul pada anak tunarungu adalah menemukan kesulitan mendengarkan, kesulitan mengikuti arahan, lambat dalam belajar dan memiliki ucapan yang sulit dipahami serta penguasaan kosakata yang terbatas.

3.Gangguan Multi Sensor

Anak-anak yang mengalami gangguan multi sensor memiliki berbagai derajat atau tingkatan penglihatan atau gangguan pendengaran dengan jenis dan tingkatan keparahan yang berbeda-beda dengan anak-anak normal lainnya.

Anak dengan gangguan ini sangat membutuhkan intervensi intensif sejak usia dini dan pada masa anak masih disekolah. Menurut Aitken, dkk (2000), anak-anak dengan tingkat yang paling parah adalah tunarungu dan pendidikan yang disediakan disekolah luar biasa  sekitar 15% dari anak yang dididik disekolah umum.

Identifikasi yang biasa ditemukan pada anak yang mengalami gangguan multi sensor adalah memiliki kesulitan dalam memp[elajari keterampilan berkomunikasi, memiliki kesulitan dalam mempelajari swadaya atau kegiatan sehari-hari, kesulitan dalam menghubungkan konsep atau aktivitas dan mengalami kesulitan dalam membangun hubungan dengan orang yang ada disekitarnya.

4.Cacat Fisik

Anak yang mengalami kecacatan fisik biasa juga disebut dengan anak yang mengalami gangguan anggota gerak (tunadaksa). Banyak anak penyandang cacat fisik memiliki disabilitas dan gangguan kesehatan yang berdampingan.

Cacat fisik sendiri memiliki dua cakupan diantaranya: anak lemah anggota geraknya (polio) dan anak dengan gangguan fungsi saraf otak (cerebral palcy) yang bisa didapatkan disekolah umum.

Anak-anak penyandang cacat fisik memiliki cara berjalan yang tidak biasa atau ketidak mampuan dalam gerak seperti melompat, berlari, berjalan, menggenggam dan lain sebagainya. fostur duduk yang tidak sesuai juga dapat mengakibatkan keburukan dalam bentuk tulang punggung. Anak cacat fisik mudah lelah dan kesulitan dalam bernapas normal.

5.Cedera Otak Traumatik

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun