Mohon tunggu...
Chindy Surya Pratiwi
Chindy Surya Pratiwi Mohon Tunggu... Penulis - Chindy

Chindy

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Klarifikasi Anak Berkebutuhan Khusus

7 Desember 2020   14:59 Diperbarui: 7 Desember 2020   15:03 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Anak berkebutuhan khusus memiliki arti yang luas berbeda dengan arti anak luar biasa. Anak berkebutuhan khusus merupakan anak yang memerlukan perhatian khusus yang bersifat spesifik berbeda dengan anak pada umumnya.

Anak berkebutuhan khusus dikelompokkan menjadi beberapa jenis sesuai dengan kebutuhan khusus anak, diantaranya:

1.Anak dengan gangguan penglihatan (tunanetra),

Anak dengan gangguan penglihatan atau biasa disebut dengan istilah tunanetra adalah suatu individu yang memiliki gangguan pada salah satu panca indranya yaitu pada penglihatannya (keduanya) sebagai alat penerima komunikasi dalam kehidupan sehari-hari seperti yang dimiliki orang lain.

Yang dikatakan tunanetra adalah jika suatu individu memiliki ketajaman penglihatan kurang dari 6/21 (hanya mampu membaca dalam jarak 6 meter yang biasanya bagi orang awas 21 meter jarak baca).

Menurut Somantri (2012), tunanetra dibagi menjadi dua jenis diantaranya: Anak kurang awas (low vision) dan Anak tunanetra total (totally blind). Pertama, anak kurang awas (low vision) adalah anak atau suatu individu yang hanya memiliki ketajaman penglihatan kurang dari 6/2 meter. Dan yang kedua, anak tunanetra total (totally blind) merupakan anak atau suatu individu yang sama sekali tidak memiliki ketajaman penglihatan atau tidak mampu menerima rangsangan dari lingkungan sekitarnya.

Anak penyandang tunanetra dapat meggantikan indera penglihatannya dengan indera peraba dan indera pendengarannya dengan semaksimal mungkin. Makhluk hidup yang seharusnya memiliki kesempurnaan panca indera tetapi memiliki kekurangan atau gangguan pada indera penglihatan (tunanetra) termasuk pada anak penyandang cacat.

Anak penyandang cacat disini ialah anak yang mengalami hambatan fisik dan/atau mental, sehingga bisa mengganggu pertumbuhan dan perkembangan anak secara wajar dan salah satu disabilitasnya adalah tunanetra.

2.Anak dengan gangguan pendengaran (tunarungu)

Setiap anak diciptakan oleh Tuhan Yang maha Esa dengan kemampuan dan keadaan yang berbeda-beda. Kesempurnaan setiap individu tidak hanya dilihat dari fisik saja namun dilihat dari kelebihan lainnya.

Anak dengan gangguan pendengaran (tunarungu) merupakan anak atau suatu individu yang mengalami gangguan pendengaran yang tidak berfungsi secara sempurna sehingga membutuhkan pelayanan pendidikan luar biasa. Anak tunarungu juga  cenderung memiliki hambatan dalam berkomunikasi terhadap orang-orang sekitarnya.

Maka dari itu, anak yang mengalami gangguan ringan dapat dibantu dengan alat bantu dengar dan anak yang mengalami gangguan ini bukan merupakan sasaran utama pendidikan penyandang cacat. Dan didalamnya terdapat dua cakupan diantaranya: Anak kurang dengar (hard of hearing) dan Anak tuli (deaf).

Sebagian anak tunarungu memiliki konduktif kehilangan pendengaran, tuli ringan atau sedang dan dididik di sekolah umum. Identifikasi yang sering muncul pada anak tunarungu adalah menemukan kesulitan mendengarkan, kesulitan mengikuti arahan, lambat dalam belajar dan memiliki ucapan yang sulit dipahami serta penguasaan kosakata yang terbatas.

3.Gangguan Multi Sensor

Anak-anak yang mengalami gangguan multi sensor memiliki berbagai derajat atau tingkatan penglihatan atau gangguan pendengaran dengan jenis dan tingkatan keparahan yang berbeda-beda dengan anak-anak normal lainnya.

Anak dengan gangguan ini sangat membutuhkan intervensi intensif sejak usia dini dan pada masa anak masih disekolah. Menurut Aitken, dkk (2000), anak-anak dengan tingkat yang paling parah adalah tunarungu dan pendidikan yang disediakan disekolah luar biasa  sekitar 15% dari anak yang dididik disekolah umum.

Identifikasi yang biasa ditemukan pada anak yang mengalami gangguan multi sensor adalah memiliki kesulitan dalam memp[elajari keterampilan berkomunikasi, memiliki kesulitan dalam mempelajari swadaya atau kegiatan sehari-hari, kesulitan dalam menghubungkan konsep atau aktivitas dan mengalami kesulitan dalam membangun hubungan dengan orang yang ada disekitarnya.

4.Cacat Fisik

Anak yang mengalami kecacatan fisik biasa juga disebut dengan anak yang mengalami gangguan anggota gerak (tunadaksa). Banyak anak penyandang cacat fisik memiliki disabilitas dan gangguan kesehatan yang berdampingan.

Cacat fisik sendiri memiliki dua cakupan diantaranya: anak lemah anggota geraknya (polio) dan anak dengan gangguan fungsi saraf otak (cerebral palcy) yang bisa didapatkan disekolah umum.

Anak-anak penyandang cacat fisik memiliki cara berjalan yang tidak biasa atau ketidak mampuan dalam gerak seperti melompat, berlari, berjalan, menggenggam dan lain sebagainya. fostur duduk yang tidak sesuai juga dapat mengakibatkan keburukan dalam bentuk tulang punggung. Anak cacat fisik mudah lelah dan kesulitan dalam bernapas normal.

5.Cedera Otak Traumatik

Anak-anak yang mengalami cedera otak traumatis telah mengalami cedera otak yang disebabkan oleh dampak fisik yang mengakibatkan kecacatan yang dapat mempengaruhi pendidikan anak-anak yang mengalami cedera otak traumatic berfungsi.

Anak-anak ini memerlukan beragama medis, fisik dan pembvelajaran yang harus mereka jalani dan dapatkan. Mereka yang mengalami cedera otak traumatic ini cenderung memiliki fungsi dan prilaku akademis yang berbeda-beda dengan kesulitan dalam pembelajaran dan berperilaku.

Mereka lebih mudah lelah dalam berbagai aktivitas yang mereka lakukan, lebih sering mengalami sakit kepala yang parah, frustasi, serta merasa kewalahan dari anak-anak normal lainnya. Identifikasi anak-anak dengan cedera otak traumatis dapat mengalami masalah dengan memori atau seperi mengikuti intruksi-intruksi yang diberikan secara sederhana, mengingat informasi baru, mempelajari konsep-konsep baru.

Anak-anak yang menglami cedera otak traumatis ini cenderung mudah lupa dalam mengengit memori baru yang disampaikan atau diingatnya. Mereka memiliki kesadaran sosial seperti menyangkal masalah apapun akibat cedera yang dideritanya, salah mengartikan tafsiran yang diberikan orang lain padanya, memiliki suasana hati yang berubah-ubah tidak menentu setiap saatnya.

Selain itu, mereka juga memiliki ketidakpastian dalam bagaimana memulai suatu kegiatan atau tugas yang diberikan, gampang menyerah terhadap tugas yang rasanya terlalu menantang dan memiliki ledakan verbal atau agresif dalam menaggapi suatu hal.

6.Gangguan Kesehatan

Gangguan kesehatan yang sering ditemukan disekolah atau dilingkungan sekitar tempat tinggal diantaranya adalah epilepsi, kelainan jantung, asma, diabetes, kanker, arthritis, TBC dan lain sebagainya.

Gangguan kesehatan diatas dapat mengganggu atau berdampak negatif terhadap pendidik anak disekolah. Anak-anak yang mengalami gangguan kesehatan disekolah akan cenderung sering tidak masuk kelas kareena izin sakit, mereka juga harus membawa dan memiliki obat-obatan yang sesuai dengan rekam medis penyakit yang diderita dan harus dikonsumsi setiap harinya ketika disekolah, memiliki peralatan medis yang harus dibawa setiap hari kesekolah seperti anak yang menderita sakit asma dan cepat lelah.

7.Kesulitan Dalam Sosial, Emosional Dan Perilaku

Anak dengan gangguan prilaku dan emosi (tunalaras), dibagi menjadi dua cakupan diantaranya: anak dengan gangguan prilaku (anak gangguan prilaku taraf ringan, anak gangguan prilaku taraf sedang dan anak gangguan prilaku taraf berat) dan anak dengan gangguan emosi (anak gangguan emosi taraf ringan, anak gangguan emosi taraf sedang dan anak gangguan emosi taraf berat).

Anak-anak yang mengalami kesulitan dalam sosial emosional dan perilaku cenderung memiliki masalah dengan rentang perhatian dan konsentrasi pada keakedemisan dan tidak mudah patuh pada perintah yang diberikan guru atau orang-orang lainnya dan menggangu. Serta memiliki masalah yang berhubungan dengan anak-anak dan orang dewasa lainnya.

8.Anak Dengan Kemampuan Tinggi, Berbakat Dan Berprestasi Rendah

Anak yang berkemampuan tinggi dan berbakat adalah anak yang memiliki kemampuan intelektual yang diatas rata-rata anak normal lainnya. Mereka biasanya tidak dianggap memiliki SEND melainkan mungkin memiliki kebutuhan khusus terkait dengan segala hal yang membuahkan prestasi berharga.

Identifikasi anak-anak yang memiliki kemampuan tinggi  secara intelektual biasanya mengerjakan tugas yang diberikan guru dengan mudah dan diselesaikan dengan waktu yang singkat dan mudah bosanan, memiliki kejelian dalam meneliti atau menelaah suatu hal, rasa ingin tau yang tinggi, mudah beradaptasi terhadap lingkungan sekitar ataupun asing dan memiliki jiwa berpetualang.

Mereka juga termasuk anak yang disiplin dan mandiri, berwawasan yang luas, dapat berpikir abstrak sejak usia dini, menunjukkan argument tingkat tinggi dan memiliki keterampilan dalam memecahkan suatu permasalahan.

Beberapa anak memiliki prestasi belajar yang rendah, prestasi belajar yang rendah ini dapat dilihat dari belum tercapainya standar kecapaian yang belum terpenuhi yaitu Kriteria Ketuntasan minimal (KKM) yang berlaku disekolah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun