Bahkan yang menjadi fakta adalah orang-orang Arab jahiliyah menjuluki Nabi Muhammad n sebelum diutus sebagai orang yang jujur lagi terpercaya.
Hiraklius, "Apakah ia perna berbuat curang?"
Abu Sufyan, "Tidak... ketika kami bergaul dengannya kami tidak perna menjumpainya berbuat curang."
Hiraklius, "Apakah kalian berperang dengannya?"
Abu Sufyan, "Iya..."
Hiraklius, "Bagaimana peperangan di antara kalian berdua?"
Abu Sufyan, "Peperangan di antara kami seimbang, kadang kami yang menang dan kadang dia yang menang." Yakni kekalahan Abu Sufyan di Badar dan kemenangannya di Uhud.
Hiraklius, "Apa yang dia perintahkan kepada kalian?"
Abu Sufyan, "Ia berkata, 'Beribadalah hanya kepada Allah dan jangan menyekutukan-Nya dengan sesuatupun dan tinggalkanlah apa yang diucapkan orang tua kalian.' Ia juga meminta kami untuk mendirikan shalat, bersedekah, menjaga kehormatan, dan menyambung silaturrahmi."
Itulah pertanyaan terakhir Hiraklius kepada Abu Sufyan . Hiraklius kemudian mulai mencerna setiap kalimat yang didengarnya dan setiap informasi yang didapatnya sehingga ia bisa mengambil sebuah kesimpulan. Kesimpulan itu kemudian disampaikan oleh penerjemah Hiraklius kepada Abu Sufyan, "Saya bertanya kepadamu tentang nasabnya, dan engkau sebutkan ia memiliki nasab yang terpandang, begitulah halnya para nabi terdahulu. Mereka diutus dari nasab yang terpandang di kaumnya."
Hiraklius melanjutkan, "Dan aku tanya kepadamu apakah pernah ada orang sebelumnya yang mengatakan seperti yang dikatakannya, kamu jawab tidak. Seandainya dikatakan ada orang sebelumnya yang mengatakannya tentu kuanggap orang ini meniru orang sebelumnya yang pernah mengatakan hal serupa.Â