Mohon tunggu...
Hilal Ardiansyah Putra
Hilal Ardiansyah Putra Mohon Tunggu... -

Pengiat Literasi Kutub Hijau

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Shagatir: Penghuni Surga yang Tak Pernah Shalat (Bagian Akhir)

27 Maret 2019   16:46 Diperbarui: 27 Maret 2019   17:07 259
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: kisahteladan354.blogspot.com

Rombongan dagang Quroisy itu pun dihadirkan ke majelis Hiraklius. Di sana, Hiraklius telah menyiapkan penerjemah untuk membantu komunikasi antara mereka. Hiraklius bertanya kepada mereka, "Siapa di antara kalian yang nasabnya paling dekat dengan orang yang mengaku nabi ini?" 

Abu Sufyan menjawab, "Saya adalah orang yang paling dekat dengannya secara nasab." Abu Sufyan bin Harb  memang memiliki nasab yang dekat dengan Nabi Muhammad SAW, sebab Bani Umayyah merupakan saudara sepupu dari Bani Hasyim, qabilah Rasulallah SAW.

Hiraklius berkata kepada para pengawalnya, "Bawa dia ke dekatku, dan suruh teman-temannya untuk berdiri di belakangnya."

Maka dibariskanlah orang-orang Arab tersebut. Abu Sufyan berdiri paling depan disusul dengan yang lainnya. Hiraklius kemudian menatap penerjamahnya dan memintanya untuk menyampaikan perintahnya kepada mereka  yang berada di belakang Abu Sufyan. Hiraklius berkata, "Saya akan bertanya kepada orang ini --Abu Sufyan- jika ia berbohong, maka bersaksilah kalian atas kebohongannya."

Nampak dengan jelas bahwa Hiraklius benar-benar ingin mengetahui hal ikhwal orang yang mengaku nabi tersebut. Oleh karena itu ia ingin mencari informasinya langsung dari orang yang memiliki nasab paling dekat dengan orang tersebut. Dalam waktu yang bersamaan, Hiraklius ingin memastikan kebenaran jawaban yang ia dapatkan dari Abu Sufyan. Oleh sebab itu ia memerintahkan pedagang Arab lainnya agar berdiri di belakang Abu Sufyan dengan tujuan agar mereka menjadi hakim atas ucapannya. Dengan begitu Hiraklius berharap Abu Sufyan akan memberikan jawaban yang jujur. Sebab jika ia tidak jujur, otomatis orang-orang yang berdiri di belakangnya akan bersaksi atas kedustaannya.

Meski Hiraklius berjaga-jaga agar Abu Sufyan tidak berbohong, sebenarnya dalam hati Abu Sufyan sendiri tidak ada besitan untuk memberikan informasi yang tidak benar atas Nabi SAW. Hal ini karena tabi'at orang Arab di masa jahiliyah sama sekali tidak suka dengan kebohongan. Bagi mereka bohong adalah sikap pengecut yang tidak bisa diterima.

Abu Sufyan  pada saat itu tentu belum masuk Islam. Dan meski Abu Sufyan  pada saat itu menaruh dendam kesumat kepada Nabi Muhammad SAW, dan ia pun yakin para sahabatnya tidak akan mendustai apa pun yang akan ia ucapkan kepada Hiraklius, meski demikian, Abu Sufyan  sama sekali tidak terbesit untuk melakukan kebohongan.

Maka mulailah dialog antara Abu Sufyan bin Harb dan Hiraklius di depan semua orang baik Arab maupun Romawi. Hadir juga dalam kesempatan itu pejabat-pejarab terhormat, para birokrat, menteri, dan para sarjana untuk mencari tahu lebih dalam dan memastikan kebenaran nubuwah yang muncul di Tanah Arab tersebut. Apakah nubuwah tersebut benar-benar datang dari langit ataukah sebuah kedustaan yang dibuat-buat.

Terjadilah dialog yang menakjubkan antara Hiraklius, pemimpin tertinggi Imperium Romawi dengan Abu Sufyan pemimpin Makkah tentang Muhammad Rasulallah SAW. Hiraklius memulai pertanyaannya dengan, "Bagaimana nasabnya di kalangan kalian?"

Abu Sufyan menjawab, "Dia berasal dari keturunan yang terhormat."  

Hiraklius, "Apakah ada dari kalangan kalian sebelum ini yang mengucapkan seperti yang diucapkan orang ini?" Maksudnya, apakah sebelumnya ada orang yang mengaku nabi dari kalangan orang Arab.

Abu Sufyan menjawab, "Belum.... belum ada dalam sejarah Arab ada yang mengaku sebagai nabi."

Hiraklius, "Apakah kakek buyutnya ada yang menjadi raja?"

Abu Sufyan, "Tidak."

Hiraklius, "Apakah pengikutnya dari kalangan terpandang atau orang-orang lemah?"

Abu Sufyan, "Orang-orang lemah yang mengikutinya."

Hiraklius, "Apakah pengikutnya bertambah atau berkurang?"

Abu Sufyan, "Bahkan bertambah."

Hiraklius, "Apakah ada dari pengikutnya yang murtad karena benci ajaran agamanya?"

Abu Sufyan, "Tidak, tidak ada yang murtad..."

Hiraklius, "Apakah kalian perna menuduhnya sebagai pembohong sebelum ia mengaku nabi?"

Abu Sufyan, "Tidak."

Bahkan yang menjadi fakta adalah orang-orang Arab jahiliyah menjuluki Nabi Muhammad n sebelum diutus sebagai orang yang jujur lagi terpercaya.

Hiraklius, "Apakah ia perna berbuat curang?"

Abu Sufyan, "Tidak... ketika kami bergaul dengannya kami tidak perna menjumpainya berbuat curang."

Hiraklius, "Apakah kalian berperang dengannya?"

Abu Sufyan, "Iya..."

Hiraklius, "Bagaimana peperangan di antara kalian berdua?"

Abu Sufyan, "Peperangan di antara kami seimbang, kadang kami yang menang dan kadang dia yang menang." Yakni kekalahan Abu Sufyan di Badar dan kemenangannya di Uhud.

Hiraklius, "Apa yang dia perintahkan kepada kalian?"

Abu Sufyan, "Ia berkata, 'Beribadalah hanya kepada Allah dan jangan menyekutukan-Nya dengan sesuatupun dan tinggalkanlah apa yang diucapkan orang tua kalian.' Ia juga meminta kami untuk mendirikan shalat, bersedekah, menjaga kehormatan, dan menyambung silaturrahmi."

Itulah pertanyaan terakhir Hiraklius kepada Abu Sufyan . Hiraklius kemudian mulai mencerna setiap kalimat yang didengarnya dan setiap informasi yang didapatnya sehingga ia bisa mengambil sebuah kesimpulan. Kesimpulan itu kemudian disampaikan oleh penerjemah Hiraklius kepada Abu Sufyan, "Saya bertanya kepadamu tentang nasabnya, dan engkau sebutkan ia memiliki nasab yang terpandang, begitulah halnya para nabi terdahulu. Mereka diutus dari nasab yang terpandang di kaumnya."

Hiraklius melanjutkan, "Dan aku tanya kepadamu apakah pernah ada orang sebelumnya yang mengatakan seperti yang dikatakannya, kamu jawab tidak. Seandainya dikatakan ada orang sebelumnya yang mengatakannya tentu kuanggap orang ini meniru orang sebelumnya yang pernah mengatakan hal serupa. 

Aku tanyakan juga kepadamu apakah bapaknya ada yang dari keturunan raja, maka kamu jawab tidak. Aku katakan seandainya bapaknya dari keturunan raja, tentu orang ini sedang menuntut kerajaan bapaknya. 

Dan aku tanyakan juga kepadamu apakah kalian pernah mendapatkan dia berdusta sebelum dia menyampaikan apa yang dikatakannya, kamu menjawabnya tidak. Sungguh aku memahami, kalau kepada manusia saja dia tidak berani berdusta apalagi berdusta kepada Allah. 

Dan aku juga telah bertanya kepadamu, apakah yang mengikuti dia orang-orang yang terpandang atau orang-orang yang rendah?" Kamu menjawab orang-orang yang rendah yang mengikutinya. Memang mereka itulah yang menjadi para pengikut Rasul. 

Aku juga sudah bertanya kepadamu apakah bertambah pengikutnya atau berkurang, kamu menjawabnya bertambah. Dan memang begitulah perkara iman hingga menjadi sempurna. 

Aku juga sudah bertanya kepadamu apakah ada yang murtad disebabkan marah terhadap agamanya. Kamu menjawab tidak ada. Dan memang begitulah iman bila telah masuk tumbuh bersemi di dalam hati. 

Aku juga sudah bertanya kepadamu apakah dia pernah berlaku curang, kamu jawab tidak pernah. Dan memang begitulah para Rasul tidak mungkin curang. 

Dan aku juga sudah bertanya kepadamu apa yang diperintahkannya kepada kalian, kamu jawab dia memerintahkan kalian untuk menyembah Allah dengan tidak menyekutukannya dengan sesuatu apapun, dan melarang kalian menyembah berhala, dia juga memerintahkan kalian untuk menegakkan shalat, menunaikan zakat, berkata jujur, saling memaafkan dan menyambung silaturrahim."

Setelah Hiraklius menjelaskan maksud dari pertanyaan-pertanyaannya, ia berkata kepada Abu Sufyan dengan berterus terang, "Jika apa yang engkau ucapkan adalah benar, maka sungguh orang ini akan menguasai tanah tempatku berpijak ini (Syam). Sebelumnya aku telah mengetahui bahwa ia akan segara datang, namun aku tidak menyangka dia akan datang dari golongan kalian. Dan seandainya aku berada di sampingnya aku akan senang dan setia kepadanya. Andai saja aku berada di sisinya, akan kucuci kedua kakinya."

Hiraklius kemudian berkata kepada Dihyah bin Khalifah, "Demi Allah, aku benar-benar tahu bahwa sahabatmu itu adalah seorang nabi yang diutus, dan dialah orang yang kami tunggu-tunggu dan kami dapati kabarnya dalam kitab kami, akan tetapi aku takut akan kekuasaanku, kalau bukan hal tersebut sungguh aku akan mengikutinya. Pergilah engkau ke Uskup Shagatir -demi Allah kedudukannya lebih mulia daripadaku- dan ceritakan perihal sahabatmu itu kepadanya dan perhatikanlah apa yang akan ia sampaikan kepadamu." 

Sahabat yang mulia, Dihyah al-Kalbi  kemudian bertolak menuju Uskup Shagatir. Sesampainya di sana, Dihyah  menyampaikan hal ikhwal Nabi Muhammad SAW. Ia juga menjelaskan tentang seruan dan dakwah nubuwab beliau. Uskup Shagatir kemudia bertutur, "Demi Allah, sahabatmu itu adalah seorang nabi yang diutus, kami mengetahuinya dengan rinci, dan kami dapati namanya dalam kitab kami."

Uskup Shagatir lantas masuk ke dalam gereja sembari melemparkan kain hitamnya dan mengantinya dengan kain putih. Ia ambil tongkat dan berjalan bersandar dengannya. Wajahnya memancarkan cahaya yang memenuhi dunia Timur dengan keimanan. ia lantas berbicara dengan lantang, "Sesungguhnya telah datang kepada kita sebuah surat dari Ahmad menyeru kita kepada Allah, dan sungguh aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selan Allah dan Ahmad adalah hambah dan utusan-Nya."

Setelah Usukup Shagatir selesai dari seruannya, para pengikutnya sontak kaget. Mereka beramai-ramai melompat ke arah Shagatir. Memukulinya bersama-sama hingga berubah jubah putih menjadi merah darah. Darah terus saja mengalir dari keningnya namun ia tak berhenti untuk berteriak dengan keras dan lantang, "Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Ahmad adalah utusan Allah."

Sungguh, patriot muslim yang agung ini tidak henti-hentinya mengucapkan syahadat hingga ruhnya berpisah dari jasad untuk menghadap Tuhan-Nya dengan keyakinannya yang mantap. Semoga Allah l merahmati Pahlahwan Shagatir, menempatkannya di surga-Nya yang luas, dan membangkitkannya kelak bersama kekasih tercintanya, Ahmad yang ia imani padahal belum perna dilihatnya dengan mata kepalanya.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun