Mohon tunggu...
Hilal Ardiansyah Putra
Hilal Ardiansyah Putra Mohon Tunggu... -

Pengiat Literasi Kutub Hijau

Selanjutnya

Tutup

Politik

The New World order, Tata Dunia Presiden Dajjal

7 Desember 2015   06:04 Diperbarui: 7 Desember 2015   06:04 5103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Punulis : Hilal Ardiansyah Putra*

“Sebelum beranjak lebih jauh, tulisan ini hanya bermaksud untuk membuka sedikit pintu dalam masalah ini. Dalam artian hanya sebagai pemantik, berharap ada diskusi lebih lanjut dalam pembahasan yang sangat urgen dan insya Allah Ta’ala akan menambah khazanah pemikiran kaum Muslimin.”

Tema ini adalah tema bayangan. Menerawang jauh kedepan. Berawal dari penghayalan dan pengandaian, apakah mungkin, apakah mungkin. Namun semua tahu, ada qo’idah yang disepakati banyak orang bahwa “Tidak ada yang tidak mungkin.” Kalimat ini adalah kalimat yang sering keluar dari para motivator saat speech. Namun tidak ada salahnya kita menggunakan qaidah ini dalam pembahasan yang rumit ini.

Setelah ditelaah, dan lembaran demi lembaran al-Qur’an dibuka kembali, maka apa yang disebut-sebut sebagai mantra asing dan menakutkan “The New World order” memang benar-benar nyata. Benar-benar ada. Dan saat ini sedang mengarah kepadanya. 

Sebelum kita beranjak lebih jauh, mungkin masih ada dari kita yang belum tahu apa itu “The New World Order”. Tidak mengapa, karena memang isu ini adalah isu bayangan. Isu yang hanya dilirik oleh sebagian orang, dan kebanyakan orang enggan dengan isu ini, mungkin karena memang tidak tahu atau tahu tapi tidak ingin ambil pusing.

The new world order merupakan mantra yang sering keluar di buku-buku bertema zionisme, satanic, dan freemasonry. Kita akan temukan kalimat itu dalam buku – buku semisal ; The hand of Iblis karya Dr. Omar Zaid, Pemerintah Bayangan yang ditulis Jagad A. Purbawati, - Bahkan dia juga menulis buku dengan judul “New World order-, The Age Of Deception karya Frassminggi Kamasa, Invisible Hand – Kendali Zionis di Balik Konspirasi Dunia- yang ditulis oleh Ralph Epperson, Sistem Dajjal yang ditulis oleh Ahmad Thomson, dan deretan buku-buku sejenisnya seperti buku-buku karya Harun Yahya.

Secara singkat, yang dimaksud dengan New World Order adalah sebuah sistem pemerintahan dengan tiga aspek kehidupan baru sebagaimana yang disebutkan oleh Texe Marrs dalam bukunya Dark Majesty. Ketiga aspek tersebut adalah ;

Satu tatanan Ekonomi

Satu tatanan Pemerintah dan Pemerintahan

Satu tatanan Agama

Namun tunggu dulu, yang dimaksud satu tatanan ekonomi bukanlah ekonomi Islam atau Syariah, satu tatanan pemerintahan dan pemerintahan bukanlah dalam pandangan Islam, dan Satu tatanan agama, bukanlah Agama Islam.

Namun, yang dimaksud dengan semua itu adalah tatanan dunia baru berdasarkan kekuasaan Dajjal. Mungkin, sebagian dari kita menganggap pembahasan ini lebay karena membawa-bawa nama Dajjal. Namun tidak ada salahnya, dan memang seharusnya tokoh yang bernama Dajjal ini kita sebut-sebut di sini karena memang dialah salahsatu kunci utamanya. 

The new world order, atau dalam bahasa kita sebagai tatanan dunia baru atau dunia ketiga merupakan menifestasi dari Dajjal itu sendiri.  Membahas Dajjal berarti membahas akhir zaman, dan membahas akhir zaman berarti membahas akhir perjalanan kehidupan manusia, Surga atau Neraka.

 

New World Order dan Yahudi 

Entah kenapa orang Yahudi, terutama zionis dan freemason akrab sekali dengan namanya Dajjal dan segala bentuk konspirasi Dajjal. Ternyata Rasulallah  -sholallahu ‘alaihi wa sallam- telah mengabarkan masalah ini. Dalam sebuah riwayat yang diriwayatkan oleh Imam Muslim hadis no. 2944 dari Anas bin Malik rodhiyallah  ‘anhu, Rasulallah  - sholallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda yang artinya, “ Dajjal akan diikuti oleh 70 ribu orang Yahudi Isfahan yang mereka memakai jubah kasar dan bercorak .”

Dr. Muhammad Al-Arifi dalam bukunya Asyratus-Sa’ah Ash-Shugra wa Al-Kubra membarikan penjelasan dalam catatan kakinya mengenai Kota Isfahan. Beliau mengutip dari situs www.Iranjewish.com bahwa Isfahan adalah salah satu kota yang terletak pada posisi tengah Negara Iran, berjarak 300 km. dari selatan Teheran, Ibukota Iran. Berdasarkan data statistik, kota ini dihuni 25 ribu sampai 30 ribu orang Yahudi. 

Dalam Hadis lainnya, Rasulallah  bersabda, “ Dajjal akan mendatangi bangsa Khuz dan karman yang berjumlah 70 ribu orang yang muka mereka seperti perisai yang melengkung.” Khuz adalah daerah yang sekarang bernama Khuzistan, bagian barat Iran. Sedangkan Karman terletak di Tenggara Iran.

Masih dalam bukunya, Misteri Akhir Dunia, Al-Arifi mengutip sebuah paragraf dari kitab Talmud milik Yahudi yang isinya sebagai berikut :

“ Tatkala Al-Masih muncul, maka bumi mengeluarkan tumbuh-tumbuhannya, pakaian dari wol, gandum yang bijinya seukuran hati sapi besar. Pada masa itu, kekuasaan akan kembali ke tangan Yahudi, dan semua umat manusia akan menjadi pembantu al-Masih dan akan tunduk kepadanya. Pada waktu itu, setiap orang Yahudi mempunyai 2.800 budak yang membantunya, dan 310 orang asisten di bawah kekuasaannya. Namun, al-Masih tidak akan datang kecuali jika pemerintahan orang-orang jahat telah berkahir, dan terwujudnya mimpi umat Yahudi dengan berdirinya Negara Israel. Dan umat itu yang berkuasa di atas umat lainnya ketika al-Masih muncul.”

Sekarang yang menjadi pertanyaan, siapa al-Masih dalam kepercayaan Talmud tersebut ?. tidak lain dialah Dajjal sang pendusta. Al-Masih mereka adalah Dajjal. Yang dalam istilah Prof. Imron Husein –pakar ilmu akhir zaman (escathology) dari Malaysia- adalah al-Masih palsu. Dalam kepercayaan orang Yahudi, mereka pada suatu saat nanti akan kembali menguasai dunia sebagaimana Raja Daud dan Raja Sulaiman alaihima as-salam dengan tanah al-Aqso sebagai pusat pemerintahan. Maka dari sinilah mereka terhitung sejak PBB membagi tanah Palestina menjadi dua bagian pada tahun 1948, bagian kecil untuk palestina dan bagian besar untuk para Yahudi.

Kekuasaan yang ada dalam Talmud adalah kekuasaan yang dipimpin oleh al-Masih Dajjal. Berawal dari doktrin sesat Talmud tersebutlah, orang-orang Yahudi membentuk gerakan-gerakan Zionisme dan Freemasonry. 

Jadi, secara singkat bisa kita ambil kesimpulan bahwa Yahudi memang mempunyai hubungan yang intim dengan Dajjal, sebab Dajjal adalah Imam Mahdi bagi mereka, yang melalui kekuasaan Dajjal-lah, impian mereka tentang restorasi kerajaan Nabi Daud dan Sulaiman bisa terwujud. 

 

Tiga Senjata menuju Israel Raya

Setelah kita tahu tujuan pergerakan Zionis dan Freemasonry sebagaimana yang tertuang dalam Talmud di atas, Yahudi telah merancang secara sistematis bagaimana caranya membentuk sebuah New World Order dengan basis kekuasaan di tanah bekas Kuil Salomon yang konon berada di bawah Masjid al-Aqso. Tiga senjata menuju New World order atau Israel raya adalah menciptakan iklim ekonomi gelobal dengan sistem gurita, membuat sistem pemerintahan dengan sistem laba-laba, dan membuat konsep teologi beragama baru yang mereka khususkan untuk pemeluk agama selain Yahudi.

Ekonomi Gurita

Untuk membuat sebuah sistem ekonomi dan sistem moneter yang bekerja dengan sistem gurita, maka orang-orang Yahudi membuat sebuah sistem yang oleh Dr. A. Riawan Amin disebut dengan The Three Pillars of Evil atau tiga pilar setan. Ketiga pilar/sistem tersebut adalah ; Uang kertas (Fiat Mony), Sistem minimal cadangan Bank (Fractional Reserve Requirement/ FRR), dan Bunga (Interest).  Pembahasan seputar Sistem Ekonomi Gurita sangatlah panjang, dan pembahasannya akan dibahas terpisah dari tulisan ini. InsyaAllah Ta’ala.

Pemerintahan Laba-Laba

Yang dimaksud dengan pemerintahan laba-laba adalah pemerintahan yang pada luarnya terlihat bahwa sebuah Negara tersebut diperintah oleh orang sendiri, tetapi pada dasarnya, pemerintahan tersebut atau presiden dari sebuah Negara tersebut hanyalah presiden boneka yang dipajang oleh konspirator Yahudi sebagai wakil (Proxi).

Maka pemerintahan semacam ini tidak lagi mementingkan rakyat, tetapi berkepentingan untuk melaksanakan tugas orang yang berada di balik pemerintahan tersebut, yakni Yahudi. Hal ini bukanlah angan yang tidak berfakta. Saat ini, Amerika adalah Negara yang merepresentatifkan Yahudi –Meskipun AS sendiri juga di bawah pemerintah bayangan-  atau dalam artian lain, sebelum New World Order yang berpusat di Isrel Raya benar-benar berdiri, maka Yahudi menjadikan AS sebagai Negeri super power untuk sementara waktu mewakili Yahudi-  kita lihat Amerika menginvansi Irak, membuat khayalan senjata nuklir Sadam Husein, dengan dalih pemusnahan senjata nuklir Irak, AS habis-habisan membantai rakyat Irak dan mengantung hidup-hidup presidennya, Sadam Husein. Kemudian memajang presiden baru yang menjadi wakil Amerika di Irak.

Begitupula di Afganistan dan Pakistan, AS mengerahkan pasukan untuk menggulingkan penguasa dan mengantinya dengan penguasa boneka AS. Dan Negara-negara lainnya yang mengalami ketragisan dengan invansi militer AS tersbut. 

Hal di atas adalah bagaimana Yahudi melalui AS memasang kepala Negara yang bekerja untuk sistem pemerintahan laba-laba. Adapun Negara-negara lainnya yang tidak terkena invasi militer, maka mereka menggunakan Invansi pemikiran, yaitu demokrasi. Ada sebuah uangkapan yang menyatakan bahwa sesungguhnya “Tidak ada demokrasi dengan pemimpin yang dipilih rakyat seperti yang dijanjikan, tetapi yang ada adalah pendudukan imperial Amerika terhadap negara Muslim yang sebelumnya merdeka.”

System demokrasi sebenarnya ada miripnya dengan sistem syuro dalam sistem pemerintahan Islam. Yang membedakan adalah, pemenang dalam demokrasi adalah yang mendapat suara terbanyak, terlepas dari benar-salahnya sebuah kebijakan. Jika suatu kebijakan salah atau buruk dalam perspektif sosial-agama, namun mendapat suara terbanyak, mau tidak mau kebijakan tersebut harus diakui dan menjadi peraturan perundang-undangan. Berbeda dengan sistem syuro, disamping suara terbanyak, system syuro harus melihat sebuah dampak kebijakan, baik dan buruknya bagi Agama, dan masyarakat.

Namun sistem demokrasi tidak selalu seteli tiga uang. Demokrasi akan sesuai prinsip syuro jika orang-orang yang duduk di kursi pemerintahan, terutama legislatif, diisi oleh orang-orang yang paham agama. Orang yang paham agama, plus ada rasa takut kepada Allah Ta’ala, maka kebijakan yang dirancang di badan legislatif akan selalu melihat baik-buruknya dalam perspektif agama. Dan perlu kita ketahui bersama, baik menurut Agama (Islam) sudah pasti baik bagi manusia, dan buruk menurut Agama sudah pasti buruk buat manusia.

Ir. Soekarno pernah berpidato, “Jikalau memang rakyat Indonesia rakyat yang bagian besarnya rakyat Islam, dan jikalau memang Islam disini agama yang hidup berkobar-kobar di dalam kalangan rakyat, marilah kita pemimpin-pemimpin menggerakkan segenap rakyat itu, agar supaya mengerahkan sebanyak mungkin utusan-utusan Islam kedalam badan perwakilan ini.

Ibaratnya badan perwakilan rakyat 100 orang anggotanya, marilah kita bekerja sekeras-kerasnya agar supaya 60, 70, 80, 90 yang duduk dalam perwakilan rakyat ini orang Islam, pemuka-pemuka Islam. Dengan sendirinya hukum-hukum yang keluar dari badan perwakilan rakyat itu, hukumnya Islam pula.”

Satu Sistem keagamaan dengan Teologi Bid’ah

Yahudi, mau tidak mau agar impian mereka terwujud untuk menciptakan new world order adalah dengan menghabisi musuh utama mereka, Islam-Muslim. Dan memang, bagi Islam sendiri, Yahudi plus orang-orang Atheis atau musyrik adalah kelompok yang sangat besar rasa permusuhannya terhadap Islam. Allah Ta’ala menjelaskan masalah ini dalam al-Qur’an, “Kalian akan benar-benar mendapatkan orang-orang yang sangat keras permusuhannya kepada kalian adalah orang-orang Yahudi dan orang-orang yang mensekutukan Allah....”

Teologi bid’ah adalah sebuah teologi yang dirancang untuk menyesatkan kaum muslimin. Setidaknya tiga teologi baru telah mereka jalankan dan telah mereka propagandakan ; Sekulerime, pluralisme, dan liberalisme merupakan tiga teologi bid’ah baru yang sangat merusak bagi kehidupan beragama, apa pun itu agamanya. 

Sekulerisme memandang bahwa Tuhan hanya ada di Masjid, keluar dari Masjid sudah tidak ada Tuhan lagi. Di pasar, di pemerintahan, di bank, Tuhan sudah tidak ada lagi. Tuhan telah terkurung dalam penjara sempit bernama masjid. Kira-kira begitulah sekulerisme. Yahudi menginginkan agar sistem Islam digantung di gantungan mukena di Masjid-Masjid, keluar dari Masjid, hukum Yahudi lah yang dipakai. Sistem Islam adalah musuh nomor wahid bagi Yahudi. Jika sistem Islam ada di mana-mana, maka sistem Dajjal tidak akan ada ruang geraknya kecuali sangat sempit.

Pluralisme menginginkan sebuah teologi bid’ah yang menganggap semua agama adalah sama. Ibarat pintu Masjid, Masjid memiliki banya pintu, dan terserah manusia dia mau masuk Masjid lewat pinta mana saja. Bagi mereka surga memiliki banyak pintu, orang Yahudi masuk lewat pintu Yahudi, Nasrani lewat pintu Nasrani, Islam lewat pintu Islam, dan juga keparcayaan-kepercayaan lainnya, masuk lewat pintunya masing-masing. Teologi semacam ini adalah teologi sesat dan menyesatkan. Pluralitas memang ada, tapi pluralisme bagi Islam tidak ada. Jika semua agama benar, kenapa para pengikut Dajjal melarang syariat Islam tegak ? toh seharusnya mereka membiarkan Syariat Islam tegak kerena sama-sama benar. Dan pada nyatanya, dimana ada Negara yang menginginkan syariat Islam tegak, maka di situlah pengikut Dajjal akan berbuat kerusakan dan makar. 

Liberalisme menginginkan sebuah kebebasan dalam menafsirkan agama, teks-teks agama. Liberalisme menghendaki penafsiran ulang, menggoyahkan yang telah tsabit, dan mencabut yang sudah tidak tsabit lagi. 

Ketiga teologi bid’ah ini bermuara pada satu tujuan, membentuk sebuah agama baru dengan Dajjal al-Masih palsu sebagai tuhannya. jika semua orang kepercayaan teologisnya sudah sesuai dengan kehendak Dajjal, maka akan lebih muda lagi new world order berdiri.  Tragisnya  adalah, para penyebar paham bid’ah tersebut adalah orang-orang muslim sendiri, dan lebih tragisnya lagi paham-paham tersebut disebarkan kepada masyarakat melalui lembaga-lembaga keilmuan Islam semacan IAIN atau UIN.

Tetapi, di balik ketragisan para pengusung paham bid’ah tersebut, ada sisi yang nampak lucu. Sepulang mereka dari barat dalam rangka menuntut ilmu dari para pengikut Dajjal, mereka menyebarkan paham Dajjal tersebut ke masyarakat Indonesia dan menghina-hina ulama yang berpegang dengan pemahaman para ulama’ yang mu’tabar. Mereka berteriak teriak, “Sudah saatnya kita menafsirkan ulang agama Islam, dan membuat sebuah penafsiran baru, penafsiran yang terlepas dari doktrin-doktrin sarjana Islam masa lalu.” Kita lihat, mereka gembor-gembor memaksa kita untuk meninggalkan doktrin sarjana muslim masa lalu,  dengan alasan jika kita berpegang dengan doktrin sarjana muslim masa lalu kita telah mendisfungsikan akal kita. Pertanyaannya, yang mendisfungsikan akal tersebut muslim yang tsiqoh dengan pemahaman salaf atau mereka para santri Dajjal ?. jika mereka mengatakan kita adalah kaum yang dogmatis, sebenarnya mereka juga kaum dogmatis, mendisfungsikan akal. Buktinya paham-paham dan pemikiran-pemikiran yang mereka suarakan adalah hasil dari pemikiran orang-orang kafir di Barat. Tak ubahnya orang-orang liberal tersebut hanyalah sound system yang meneruskan suara-suara setan dari barat. Mana intelektualitas mereka ? mereka hanya menjiplak pemikiran para santri Dajjal bukan ?.

Kesimpulan

The New World Order bukanlah isapan jempol. Doktrin sesat Talmudlah yang menjadi acuan mereka untuk itu. Negara baru dengan tanah Yerussalem (Pelestina) sebagai ibu kota dan Dajjal sebagai kepala pemerintahan adalah hal yang benar-benar nyata. Dan untuk itulah mereka saat ini melakukan hal-hal yang telah penulis sebutkan di atas. Sitem ekonomi, pemerintahan, dan agama yang baru merupakan cara mereka untuk menjadikan umat manusia budak, budak yang akan bertekuk lutut bersujud kepada kaki pincang Dajjal.  

Islam sebagai agama yang benar dan paling benar, atau dalam redaksi lain bisa kita sebut tidak ada agama selain agama Islam merupakan objek yang sangat ditakuti oleh Dajjal dan para pengikutnya. Mereka akan menghabiskan waktu-waktu mereka untuk menyesatkan umat Islam dan menjauhkannya dari al-Qur’an dan as-Sunnah. Sekarang, kita tinggal memilih, melepas keIslaman kita dengan terperangkap pada jaring konspirasi Dajjal, atau atau kita tetap tsiqoh dengan keIslaman kita dan menjadi bagian dari kelompok yang terus berjuang atas nama al-Haq yang telah RasulAllah Ta’ala isyaratkan. [Wallahu ‘alam, waAllah Ta’alau al-Musta’an]

 

*Alumni Maskumambang, Mahasiswa LIPIA Jakarta.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun