Tetapi, di balik ketragisan para pengusung paham bid’ah tersebut, ada sisi yang nampak lucu. Sepulang mereka dari barat dalam rangka menuntut ilmu dari para pengikut Dajjal, mereka menyebarkan paham Dajjal tersebut ke masyarakat Indonesia dan menghina-hina ulama yang berpegang dengan pemahaman para ulama’ yang mu’tabar. Mereka berteriak teriak, “Sudah saatnya kita menafsirkan ulang agama Islam, dan membuat sebuah penafsiran baru, penafsiran yang terlepas dari doktrin-doktrin sarjana Islam masa lalu.” Kita lihat, mereka gembor-gembor memaksa kita untuk meninggalkan doktrin sarjana muslim masa lalu, dengan alasan jika kita berpegang dengan doktrin sarjana muslim masa lalu kita telah mendisfungsikan akal kita. Pertanyaannya, yang mendisfungsikan akal tersebut muslim yang tsiqoh dengan pemahaman salaf atau mereka para santri Dajjal ?. jika mereka mengatakan kita adalah kaum yang dogmatis, sebenarnya mereka juga kaum dogmatis, mendisfungsikan akal. Buktinya paham-paham dan pemikiran-pemikiran yang mereka suarakan adalah hasil dari pemikiran orang-orang kafir di Barat. Tak ubahnya orang-orang liberal tersebut hanyalah sound system yang meneruskan suara-suara setan dari barat. Mana intelektualitas mereka ? mereka hanya menjiplak pemikiran para santri Dajjal bukan ?.
Kesimpulan
The New World Order bukanlah isapan jempol. Doktrin sesat Talmudlah yang menjadi acuan mereka untuk itu. Negara baru dengan tanah Yerussalem (Pelestina) sebagai ibu kota dan Dajjal sebagai kepala pemerintahan adalah hal yang benar-benar nyata. Dan untuk itulah mereka saat ini melakukan hal-hal yang telah penulis sebutkan di atas. Sitem ekonomi, pemerintahan, dan agama yang baru merupakan cara mereka untuk menjadikan umat manusia budak, budak yang akan bertekuk lutut bersujud kepada kaki pincang Dajjal.
Islam sebagai agama yang benar dan paling benar, atau dalam redaksi lain bisa kita sebut tidak ada agama selain agama Islam merupakan objek yang sangat ditakuti oleh Dajjal dan para pengikutnya. Mereka akan menghabiskan waktu-waktu mereka untuk menyesatkan umat Islam dan menjauhkannya dari al-Qur’an dan as-Sunnah. Sekarang, kita tinggal memilih, melepas keIslaman kita dengan terperangkap pada jaring konspirasi Dajjal, atau atau kita tetap tsiqoh dengan keIslaman kita dan menjadi bagian dari kelompok yang terus berjuang atas nama al-Haq yang telah RasulAllah Ta’ala isyaratkan. [Wallahu ‘alam, waAllah Ta’alau al-Musta’an]
*Alumni Maskumambang, Mahasiswa LIPIA Jakarta.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H