Mohon tunggu...
Childa Fauzia
Childa Fauzia Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswi Fakultas Dakwah dan Komunikasi

Owner Zieda Hijab and Store

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Literasi Digital: Wanita Berdaya Aset Negara

9 Mei 2022   12:02 Diperbarui: 11 Mei 2022   17:40 441
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam segala lini kehidupan apapun, peran seorang wanita tak perlu diragukan lagi keberadaanya. Segala intervensinya banyak memberikan dampak terhadap adanya perubahan. Jadi pada setiap event apapun wanita sangat perlu dilibatkan dalam perkembangan dan pemanfaatannya. 

Contohnya dalam mensukseskan program literasi digital pun menjadi sangat penting. Karena dari tangan wanita-wanita hebatlah keberhasilan dalam mendidik anak-anak sebagai generasi penerus bangsa  digantungkan.

Harjono berpendapat bahwa literasi digital merupakan perpaduan dari keterampilan teknologi informasi dan komunikasi, berpikir kritis, keterampilan bekerja sama (kolaborasi), dan kesadaran sosial. 

Kerangka kerja Eshet Alkalai dan Chajut terdiri dari serangkaian keterampilan diantaranya adalah literasi foto visual (kemampuan untuk bekerja secara efektif dengan lingkungan digital, seperti antarmuka pengguna, yang menggunakan komunikasi grafis). 

Yang kedua adalah literasi reproduksi (kemampuan untuk membuat karya tulis dan karya seni yang otentik, bermakna dengan mereproduksi dan memanipulasi teks digital, visual, dan potongan audio yang sudah ada sebelumnya. Selanjutnya adalah literasi cabang (untuk membangun pengetahuan dengan navigasi nonlinier melalui domain pengetahuan, seperti di Internet dan lingkungan hypermedia lainnya). 

Terakhir yaitu literasi informasi (kemampuan untuk mengkonsumsi informasi secara kritis dan memilah informasi yang salah dan masih tergolong bias).

Pada realitanya kesenjangan gender di bidang digital masih cukup signifikan di Indonesia. 

Meskipun statemen akan adanya kesetaraan gender sudah sangat sering diungkapkan dan diimplementasikan dalam segala sector kehidupan bermasyarakat, namun berdasarkan penelitian rata-rata hanya 20% perempuan Indonesia memiliki akses internet, dan di antara mereka hanya 26% yang mengutarakan pendapat secara daring untuk mencari informasi yang kritis mengenai hak perempuan dan hanya 5% dari jumlah tersebut yang menggunakan internet untuk mengekspresikan pandangannya guna mendapatkan informasi di website sebagai penunjang mendapatkan hak kesetaraan. 

Terlebih golongan para ibu rumah tangga yang hampir separuh waktunya mayoritas hanya berfokus untuk mengabdikan diri pada keluarga tercinta. Sehingga banyak dari mereka merasa kewalahan dalam melakukan pengawasan dan pengontrolan terhadap anak-anaknya serta penguasaan diiera yang serba digital. 

Hal ini dikarenakan adaptasi pengaruh akan adanya perubahan serta perkembangan teknologi informasi pada anak-anak dipandang lebih cepat dan dinamis.

Di era transformasi digital ini semuanya harus bergegas, memliki ketepatan yang tinggi untuk mengejar ketertinggalan. Juga untuk menyikapi adanya digital use gap perempuan di era digital, maka percepatan digitalisasi nasional Indonesia dipandang sangat perlu dilakukan, agar dunia digital dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat Indonesia, khususnya bagi kaum perempuan dalam memanfaatkan peluang-peluang yang ada. 

Sudah selayaknya setiap perempuan memiliki sifat kemandirian, sehingga dapat menjadi perempuan yang berdaya dan mampu bersaing dengan baik dalam menyikapi kesetaraan gender seperti saat ini. Salah satu bentuk dari usaha pemerintah saat ini yaitu sedang mengupayakan digitalisasi nasional guna menyiapkan percepatan transformasi digital menuju masyarakat digital Indonesia. 

Mempercepat transformasi digital dapat dimulai dari sisi infrastruktur maupun sumber daya manusia. Oleh karena itu, Kementerian Kominfo membangun jaringan sinyal 4G agar merata di seluruh desa dan kelurahan di Indonesia untuk mengantisipasi ketertinggalan informasi bagi penduduk desa terlebih lagi bagi masyarakat pedalaman.

Dalam menyikapi adanya transformasi yang semakin pesat seperti saat ini, sudah sepantasnya setiap individu hendaknya mampu menyikapi dengan bijak dan memanfaatkannya untuk lebih produktif. Berbicara tentang produktivitas di dalam penggunaan internet, maka Negara Indonesia termasuk belum begitu maksimal dalam pemanfaatannya jika dibandingkan dengan negara-negera lain di Asia Tenggara.

Negara-negara tersebut cenderung menggunakan Internet untuk kebutuhan yang produktif, sedangkan Indonesia menggunakan Internet untuk tujuan yang bisa diasosiasikan dengan penggunaan yang kurang produktif, yakni social networking.

Dalam perkembangannya, era digital seperti yang terjadi dan tengah kita alami saat ini membawa berbagai dampak positif yang memberikan kemudahan bagi masyarakat.  Diantara beberapa dampak positif tersebut adalah setiap informasi yang dibutuhkan dapat diakses dengan lebih cepat dan mudah  sehingga dapat menefisiensi waktu dan tenaga. 

Selain itu pula meningkatkan tumbuhnya inovasi dalam berbagai bidang yang berorentasi pada teknologi digital yang dapat memudahkan proses pekerjaan kita kedepan. Namun, dibalik itu semua diharapkan masyarakat dapat lebih selektif dan waspada akan dampak buruk yang ditimbulkannya. 

Bagaikan dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan dampak negative juga mengiringi perkembangan digitalisasi. Misalnya yang akhir-akhir ini marak terjadi yaitu kekerasan online dan cyber crime yang biasanya lebih rentan dialami oleh perempuan dan anak. Karenanya, dengan begitu literasi digital menjadi kunci bagi perlindungan perempuan dan anak. 

Sebagai seorang perempuan terlebih lagi seorang ibu dan pelindung bagi anak-anaknya, wajib hukumnya untuk mempersiapkan diri dalam menghadapi berbagai kemungkinan akan hal-hal yang tidak diinginkan.

Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Bintang Puspayoga, mengungkapkan bahwa seorang perempuan yang memiliki literasi digital mampu melindungi diri mereka sendiri. Dan di masa depan saat menjadi seorang ibu, mereka juga bisa melindungi anak-anak mereka dari bahaya internet. 

Bukan hanya itu, perempuan dipandang sangat  perlu memanfaatkan teknologi digital untuk memberdayakan diri. Namun, upaya meningkatkan pemberdayaan perempuan dalam finansial perlu dibarengi juga dengan literasi digital yang kuat. Sehingga dapat mewujudkan tatanan yang aman dan tentram. 

Fokus yang harus dibangun untuk memberdayakan para perempuan yang mandiri agar dapat bersaing di masa kini dan juga masa depan adalah dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi yang semakin canggih. Dengan memiliki keterampilan tersebut diharapkan dapat meningkatkan kecakapan pada masing-masing individu.

Adanya perkembangan teknologi juga membawa banyak perubahan pada sektor perekonomian. Perkonomian yang berbasis inovasi dan transformasi digital bagi wirausaha sudah tidak dapat ditawar lagi diera 4.0 seperti saat ini, termasuk bagi perempuan juga harus mampu beradaptasi dengan luwes terhadap tantangan pembiasaan yang serba digital. 

Namun pada kenyataannya perempuan sering menghadapi beragam tantangan, mulai dari keterbatasan akses terhadap teknologi informasi, problematika kemandirian secara ekonomi, hingga kerentanan perempuan. Oleh karena itu, diharapkan seluruh pimpinan dan lapisan masyarakat dapat bersama menciptakan ruang yang ramah bagi perempuan, termasuk di dunia digital.

Disisi lain, ketimpangan digital masih marak terjadi pada kelompok perempuan. Padahal pada kenyataannya, dibalik itu semua perempuan juga memiliki potensi besar dalam pembangunan ke arah transformasi digital. Tetapi kebanyakan perempuan ternyata tidak takut ataupun khawatir akan adanya hal tersebut. 

Hal ini terbukti, meskipun masih ada ketimpangan dalam transformasi digital tetapi mereka terus berkembang dan maju dengan digitalisasi. Berdasarkan aspirasi besar Making Indonesia 4.0, Indonesia ditargetkan masuk dalam jajaran 10 negara yang memiliki perekonomian terkuat di dunia pada tahun 2030. 

Sehingga Kemenperin telah menginisiasi beragam program dan kegiatan yang terkait pendidikan vokasi industry dan mendukung penciptaan inovasi dan meningkatkan produktivitas sektor industri agar lebih berdaya saing di kancah global. 

Terlebih lagi, Indonesia memiliki modal besar dari ketersediaan SDM produktif karena sedang menikmati masa bonus demografi hingga tahun 2030. Pada tahun ini Indonesia sudah sepantasnya mengalami kemajuan yang pesat, dikarenakan adanya keberpihakan keadaan-keadaan yang dapat mempermudah proses melejitnya keberhasilan Negara tercinta.

Salah satu kerja sama yang direalisasikan, yakni antara BPSDMI Kemenperin dengan Prospera (program kemitraan Indonesia-Australia untuk perekonomian) dalam menyelenggarakan webinar dengan tema Pendidikan Vokasi Responsif Gender, dengan tujuan mendukung peran strategis perempuan dalam pembangunan nasional, khususnya pada pengembangan pendidikan vokasi industri. 

Selain itu pula untuk menjelaskan dunia kerja di masa depan yang sudah sangat terpengaruh oleh teknologi informasi dan komunikasi, serta digitalisasi dengan menghadirkan role model perempuan yang sukses berkarir di bidang yang biasanya didominasi oleh laki-laki ini. Hal ini tidak lain bertujuan untuk merealisasikan adanya kesetaraan gender.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun