Masih teringat jelas pula bagaimana tawa merendahkan yang diberikan oleh keluarganya ketika mereka mengetahui profesinya. Dan yang paling ia ingat, adalah omongan tante Rina saat arisan keluarga.
“Kayla ngajar anak SD? Yakin? Duh, buat apa dong ikut kursus sana-sini, kuliah jurusan HI, ujung-ujungnya kok ngajar anak SD?”
Ucapan tante Rina sukses membuat Kayla semakin membenci pekerjaannya. Tidak, bukan pekerjaan, itu lebih seperti kutukan menurutnya.
*
Bel pulang sekolah adalah satu-satunya hal yang ia sukai dari sekolah. Setidaknya, ia akhirnya bisa bebas dari tempat terkutuk itu, walaupun hanya untuk sementara.
Siang ini, Kayla memutuskan untuk pulang sendiri,seperti biasa. Ia tidak pernah mau pulang bersama guru-guru lain. Kayla tidak suka berada di antara mereka. Menurutnya, guru adalah makhluk terkutuk dan-meskipun ia sendiri adalah seorang guru-ia tidak menyukai orang dengan profesi itu.
Ia benci menjadi guru. Guru adalah profesi terkutuk. Ia benci menjadi guru.
Kalimat-kalimat itu selalu terngiang dalam otaknya.
Duk.
Karena tidak memperhatikan jalan, Kayla terantuk sebuah batu. Dalam hati ia mengumpat. Suasana hatinya sedang tidak baik saat ini-dan memang selalu begitu sejak ia menjadi guru-dan sekarang alam pun seolah ikut mengejeknya, mengejek seorang yang terkutuk.
Karena kelelahan, Kayla memutuskan untuk beristirahat sejenak di sebuah bangku taman di pinggir jalan. Di ujung bangku tersebut, terlihat seorang anak sedang sibuk menulis. Kayla duduk di ujung bangku yang lain dan tidak memedulikan anak tersebut. Ia mengeluarkan buku dan mulai membaca. Tak lama kemudian, anak itu pergi. Kayla melirik sekilas ke tempat anak itu duduk. Tampak selembar kertas yang ditinggalkan oleh anak itu. Entah mengapa, Kayla begitu penasaran. Ia mengambil kertas itu dan melihat isinya.