Kronologi Polemik Suara USU
Pada 12 Maret 2019, Suara USU menerbitkan cerpen "Ketika Semua menolak Kehadiran Diriku di Dekatnya" di suarausu.co. Begitu diterbitkan di media sosial Suara USU, ada beragam reaksi penolakan dari para netizen. Meresponi ini, pada 19 Maret 2019, Pengurus Suara USU dipanggil pihak rektorat USU untuk dimintai klarifikasi.Â
Hasil pembicaraannya adalah sebuah perintah oleh Rektorat agar Suara USU menarik cerpen tersebut dari peredaran karena dianggap terlalu vulgar dan mempromosikan LGBT.
Suara USU memutuskan untuk tidak melaksanakan perintah itu karena menurut mereka cerpen ini merupakan karya sastra yang mengkritisi nilai deskriminasi dan kemanusiaannya, bukan LGBT-nya. Tanggal 20 Maret 2019, suarausu.co disuspensi.Â
Kemudian, pada 21 Maret, tirto.id dan tempo.co mulai memberitakan peristiwa ini. Polemik ini mulai dilihat oleh netizen nasional. Kemudian BBC Indonesia, VOA Indonesia, dan media massa lainnya juga mulai memberitakan kasus ini. Kemudian pada tanggal 23 Maret, suarausu.co sudah bisa diakses kembali.
Singkat cerita, pada 25 Maret, pihak rektorat mengeluarkan Surat Keputusan Rektor Nomor 1319/UN5.1.R/SK/KMS/2019 Tentang Perubahan Pertama SK Rektor Nomor 1026/UN5.1.R/SK/KMS/2019 (no 1026 adalah SK tentang pengangkatan pengurus UKM USU).Â
Poin penting dari isi surat tersebut adalah pihak rektorat meng-klaim bahwa cerpen ini mengandung unsur pornografi yang bertentangan dengan nilai: Bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa dalam bingkai kebhinekaan; Inovatif yang berintegritas, tangguh, dan arif (BINTANG) yang merupakan tata nilai USU yang tertuang dalam Renstra USU 2014-2019.
Rektorat memandang perlu menerbitkan SK ini untuk menghindari terjadinya pengulangan cerita dan konten yang mengandung unsur pornografi yang sangat bertentangan dengan nilai BINTANG dan mencederai nama baik USU sebagai Centre of Excelence.Â
Maka dari itu, melalui SK ini pihak rektorat memutuskan untuk memberhentikan Pengurus Unit Kegiatan Mahasiswa Pers Suara USU, menugaskan kepada Unit Jurnalistik yang berada di bawah Biro Kemahasiswaan dan Kealumnian USU untuk melakukan seleksi awal yang kemudian untuk menetapkan kepengurusan yang baru.
Tanggal 26 Maret Suara USU mengadakan diskusi terbuka untuk menganalisis cerpen dan mendiskusikan kebebasan berekspresi pers mahasiswa di sekretariat Suara USU. Suara USU mengundang sastrawan dan Dewan AJI Medan sebagai pembicara ahli. Sayangnya, perwakilan pihak rektorat datang ke lokasi memberi perintah untuk dibubarkannya diskusi ini dan mengosongkan sekretariat tersebut, bukan ikut bersuara dalam diskusi. Diskusi tetap berlangsung dengan tentram di dalam sekretariat.
Pengosongan sekretariat Suara USU dilakukan oleh pihak rektorat kemarin, 28 Maret 2019. Di hari yang sama, Solidaritas Mahasiswa Bersuara (Somber) menyerukan aksi long march untuk menggelar Panggung Sastra di Biro Rektor USU.Â
Seruan aksi ini dilakukan untuk menuntut rektor USU mencabut SK pemberhentian pengurus Suara USU 2019 dan memberikan & menjamin ruang kebebasan berekspresi mahasiswa. Selanjutnya, Somber menyelenggarakan Konsolidasi Akbar dengan tuntutan yang sama besok, 30 Maret 2019 pukul 16.00 WIB di Sekretariat Suara USU sebagai titik kumpul.
Kasus ini mengundang aksi solidaritas dari berbagai kalangan dan daerah lainnya; Aksi Kamisan Solidaritas untuk Pers Mahasiswa Suara USU oleh Koalisi Bela Literasi di Istana Presiden, Aksi Solidaritas untuk LPM Suara USU oleh Perhimpunan Pers Mahasiswa Indonesia Dewan Kota Makassar di Fly Over Pettarani, Makassar, Pernyataan dukungan oleh Asosiasi Pers Mahasiswa Sumatera Barat "Mengecam Tindakan Fasisme Rektor USU" di akun resmi Instagram Pers Mahasiswa Wawasan Proklamator Universitas Bung Hatta, Aksi Solidaritas oleh Forum Komunikasi Pers Mahasiswa Bandung di depan Gedung Sate, dan Malam Solidaritas oleh LPM Mimbar Untan.
Ada Apa dengan Cerpen Itu?
Cerpen karya Yael Stefani Sinaga ini menimbulkan kontroversi. Karya fiksi tersebut mengisahkan latar belakang dan perjalanan psikologi seorang tokoh utama bernama Kirana yang menyukai sesama jenisnya, Laras. Klimaks konflik cerpen berjudul Ketika Semua Menolak Kehadiran Diriku di Dekatnya ini terletak pada akhir cerita, yaitu saat Kirana menyatakan perasaannya kepada Laras di acara pertunangan Laras sendiri.
" ... Tiba-tiba seseorang menyeretku dengan paksa. Baju yang baru kujahit koyak sebagiannya. Aku didorong ke tengah-tengah tamu yang datang. Sejuta mata memandangku dengan amarah. Hujatan dan ludah yang keluar dari mulut terus datang menghampiri.
Tidak satupun yang iba menolong. Bahkan Laras hanya menatap nanar."Â
Demikian cerpen ini diakhiri, dikutip dari postingan di rubrik cerpen suarausu.co setelah situs itu telah ditarik kembali suspensinya.
Namun beginilah cerpen tersebut disajikan sebelum disunting oleh redaksi, sebelum situs suarausu.co disuspensi.
" ... Tiba-tiba seseorang menyeretku dengan paksa. Baju yang baru kujahit koyak sebagiannya. Aku didorong ke tengah-tengah tamu yang datang. Sejuta mata memandangku dengan amarah. Hujatan dan ludah yang keluar dari mulut terus datang menghampiri.
'Kau dengar? Tidak akan ada laki-laki yang mau memasukkan barangnya ke tempatmu itu. Kau sungguh menjijikkan. Rahimmu akan tertutup. Percayalah sperma laki-laki manapun tidak tahan singgah terhadapmu,'
Begitulah hujatan tanpa henti yang kurasakan saat itu. Semenjak aku ketahuan memiliki perasaan yang lebih kepada Laras.
Tidak ada satupun yang iba menolong. Bahkan Laras hanya menatap nanar."
Demikian cerpen ini diakhiri yang dikutip langsung dari postingan facebook Suara USU.
Bagian tersebutlah yang dianggap vulgar dan merupakan unsur pornografi yang dimaksud oleh pihak rektorat di surat keterangan rektor. Wajar jika interpretasi yang beragam dan kontroversi muncul atas cerpen ini.Â
Bagi pihak yang pro menganggap reaksi rektorat berlebihan, sedangkan bagi pihak yang kontra menganggap bagian cerpen tersebut tidak layak beredar dan mempromosikan LGBT.
Mari Lepas Kacamata Pro maupun Kontra dalam Memahaminya
por.no.gra.fi
- n penggambaran tingkah laku secara erotis dengan lukisan atau tulisan untuk membangkitkan nafsu berahi
- n bahan bacaan yang dengan sengaja dan semata-mata dirancang untuk membangkitkan nafsu berahi
Demikian definisi pornografi menurut KBBI. Berdasarkan defenisi tersebut kita bisa menilai apakah ada bagian dari cerpen ini yang membangkitkan nafsu berahi.
Beralih kepada justifikasi promosi LGBT. Pro. mo. si n perkenalan (dalam rangka memajukan usaha, dagang, dan sebagainya); reklame. Begitu menurut KBBI. Mari kita nilai pakah ada bagian dari cerpen ini yang persuasif memperkenalkan sisi postif LGBT sehingga kita terpengaruh untuk ikut LGBT.
Teringat dengan berbagai fenomena, bapak yang merokok belum tentu berarti ia sedang mempromosikan rokok, orang yang makan suatu produk belum tentu berarti ia sedang mempromosikan produk tersebut, penyuluh narkoba memperkenalkan jenis narkoba agar kita dapat memahami dan menghindarinya, bukan agar kita mencobanya, pelajaran seksual pada biologi SD, SMP dan SMA diajarkan bukan supaya para siswa mempraktikkannya, melainkan agar memahami dan menyikapinya dengan baik.Â
Hal ini merupakan sebagian kecil dari bedah intrinsik cerpen. Selanjutnya, mari kita bedah ekstrinsik cerpen dengan menimbang dan memperhatikan lingkungan sosial yang terjadi, latar belakang penulis dan pesan apa yang ingin disampaikan oleh penulis.Â
Lantas, Apa yang Sedang Diperdebatkan?
Dengan jelas, Somber melakukan berbagai aksi dengan tuntutan agar rektor USU mencabut SK pemberhentian pengurus Suara USU 2019 dan memberikan & menjamin ruang kebebasan berekspresi mahasiswa.
Saya percaya pihak rektorat memandang isu ini dengan pertimbangan. Saya juga percaya pihak Suara USU mempertahankan cerpen ini (dengan menyuntingnya setelah disuspensi) dengan pertimbangan pula.
Maka yang seharusnya diperdebatkan adalah soal peredaran tulisan ini, apakah pantas dikonsumsi warga kampus melalui media jurnalistik mahasiswa, apakah keputusan rektor adalah solusi terbaik dalam menanggulangi isu ini. Bukan soal tolak atau tidaknya LGBT, saya rasa ini bukan mengenai hal itu lagi terkait aksi pembelaan yang telah dan akan diselenggarakan.Â
Tidak sekonyong mereka yang membela Suara USU adalah pembela LGBT dan tidak sekonyong mereka yang setuju dengan langkah rektor adalah penolak LGBT. LGBT jelas ditolak.
Kini yang harusnya diperdebatkan adalah kepengurusan Suara USU dan kebebasan berekspresinya. Pahami apa yang sedang dituntut pihak Suara USU melalui Somber. Pahami apa yang sedang dilakukan pihak rektorat terhadap Suara USU.
Daripada berkoar di belakang, bertemu dan berdialog bersama adalah cara paling efektif dan bermartabat.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI