Seruan aksi ini dilakukan untuk menuntut rektor USU mencabut SK pemberhentian pengurus Suara USU 2019 dan memberikan & menjamin ruang kebebasan berekspresi mahasiswa. Selanjutnya, Somber menyelenggarakan Konsolidasi Akbar dengan tuntutan yang sama besok, 30 Maret 2019 pukul 16.00 WIB di Sekretariat Suara USU sebagai titik kumpul.
Kasus ini mengundang aksi solidaritas dari berbagai kalangan dan daerah lainnya; Aksi Kamisan Solidaritas untuk Pers Mahasiswa Suara USU oleh Koalisi Bela Literasi di Istana Presiden, Aksi Solidaritas untuk LPM Suara USU oleh Perhimpunan Pers Mahasiswa Indonesia Dewan Kota Makassar di Fly Over Pettarani, Makassar, Pernyataan dukungan oleh Asosiasi Pers Mahasiswa Sumatera Barat "Mengecam Tindakan Fasisme Rektor USU" di akun resmi Instagram Pers Mahasiswa Wawasan Proklamator Universitas Bung Hatta, Aksi Solidaritas oleh Forum Komunikasi Pers Mahasiswa Bandung di depan Gedung Sate, dan Malam Solidaritas oleh LPM Mimbar Untan.
Ada Apa dengan Cerpen Itu?
Cerpen karya Yael Stefani Sinaga ini menimbulkan kontroversi. Karya fiksi tersebut mengisahkan latar belakang dan perjalanan psikologi seorang tokoh utama bernama Kirana yang menyukai sesama jenisnya, Laras. Klimaks konflik cerpen berjudul Ketika Semua Menolak Kehadiran Diriku di Dekatnya ini terletak pada akhir cerita, yaitu saat Kirana menyatakan perasaannya kepada Laras di acara pertunangan Laras sendiri.
" ... Tiba-tiba seseorang menyeretku dengan paksa. Baju yang baru kujahit koyak sebagiannya. Aku didorong ke tengah-tengah tamu yang datang. Sejuta mata memandangku dengan amarah. Hujatan dan ludah yang keluar dari mulut terus datang menghampiri.
Tidak satupun yang iba menolong. Bahkan Laras hanya menatap nanar."Â
Demikian cerpen ini diakhiri, dikutip dari postingan di rubrik cerpen suarausu.co setelah situs itu telah ditarik kembali suspensinya.
Namun beginilah cerpen tersebut disajikan sebelum disunting oleh redaksi, sebelum situs suarausu.co disuspensi.
" ... Tiba-tiba seseorang menyeretku dengan paksa. Baju yang baru kujahit koyak sebagiannya. Aku didorong ke tengah-tengah tamu yang datang. Sejuta mata memandangku dengan amarah. Hujatan dan ludah yang keluar dari mulut terus datang menghampiri.
'Kau dengar? Tidak akan ada laki-laki yang mau memasukkan barangnya ke tempatmu itu. Kau sungguh menjijikkan. Rahimmu akan tertutup. Percayalah sperma laki-laki manapun tidak tahan singgah terhadapmu,'
Begitulah hujatan tanpa henti yang kurasakan saat itu. Semenjak aku ketahuan memiliki perasaan yang lebih kepada Laras.
Tidak ada satupun yang iba menolong. Bahkan Laras hanya menatap nanar."