Contagion dapat dibedakan menjadi Contagion berdasarkan kohesi dan Contagion berdasarkan kesamaan struktur (Burkhardt, 1994). Contagion berdasarkan kohesi merujuk pada pengaruh dari orang-orang yang melakukan komunikasi secara langsung. Persepsi individu-individu tersebut mengenai kepercayaan diri untuk menggunakan teknologi baru secara signifikan dipengaruhi oleh orang-orang yang melakukan komunikasi secara langsung dengan mereka.
Selanjutnya, Contagion berdasarkan kesamaan struktur merujuk pada pengaruh dari orang-orang yang melakukan pola komunikasi yang sama. Secara umum, sikap dan penggunaan teknologi baru para individu tersebut lebih dipengaruhi oleh orang-orang yang melakukan pola komunikasi yang sama dengan mereka.
Dalam Teori-teori Contagion, hubungan terdapat dalam jaringan komunikasi. Jaringan komunikasi tersebut berfungsi sebagai suatu mekanisme yang megekspos orang, kelompok-kelompok, dan organisasi ke arah informasi, pesan yang ada di dalam sikap, serta perilaku orang lain (Burt, 1980, 1987; Contractor & Eisenberg, 1990). Dikarenakan ekspos tersebut akan meningkatkan kemungkinan jaringan yang ada dalam anggota masyarakat, maka anggota masyarakat akan mengembangkan kepercayaan, asumsi, dan sikap yang sama didalam jaringannya tersebut (Carley, 1991; Carley & Kaufer, 1993).
Teori-teori Contagion berusaha melihat hubungan antara anggota organisasi dengan jaringannya. Pengetahuan, sikap, dan perilaku anggota organisasi berhubungan dengan informasi, sikap, dan perilaku anggota jaringan lain yang ada di dalam jaringan tersebut.
Faktor-faktor lain yang ada dalam jaringan seperti frekuensi, kemajemukan, kekuatan, dan kesenjangan dapat membentuk sejauh mana pengaruh orang lain terhadap individu tertentu yang ada di dalam jaringannya (Erickson, 1988).
HASIL ANALISIS
Ratusan orang yang didominasi anak muda berkumpul di sekitaran Mall Grand Indonesia sedari pagi pada Jumat 13 Desember 2019. Pemandangan itu mirip dengan suasana hari bebas kendaraan bermotor atau CFD. Ternyata mereka mengantre demi membeli sepatu. Bukan sembarang sepatu, sepatu yang akan mereka beli merupakan sepatu buatan dalam negeri bernama Compass.
Compass mengeluarkan koleksi terbaru Compass untuk Darahku Biru yang yang merupakan hasil dari desain Pot Meets Pop dan sepatu Compass 98 Vintage yang didesain oleh Old Blue Co.
Gladys Kahar, anak dari pendiri Compass Gunawan Kahar, mengatakan merek sneakers asal Bandung ini sudah ada sejak 1998. Namun, baru setahun terakhir ini nama Compass mulai menggaung setelah melakukan rebranding. "Selain itu momennya juga pas dengan Asian Games 2018 yang membangkitkan rasa nasionalisme masyarakat. Orang-orang jadi mulai bangga pakai produk lokal," kata Gladys. Pernyataan Gladys yang dirasa paling tepat menjelaskan terjadinya penularan sosial pada kaum anak muda.
Tua-tua keladi, makin jadul makin jadi. Merek Compass adalah sepatu lokal asal Bandung. Sepatu lahir dari tangan Gunawan Kahar di tahun 1998. Materialnya menggunakan kain twiil yang tidak setebal kanvas pada body sepatu menjadikan sepatu lebih lentur dan diklaim berkualitas internasional.
Sepatu Compass pernah buntu dalam pengembangannya. Tren itu pun dialami banyak juga produk lokal di tengah gempuran merek luar negeri yang masuk Indonesia sejak awal tahun 2000-an.