Berdasarkan definisi-definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa perilaku kolektif adalah perilaku yang :
- Dilakukan secara bersama oleh sejumlah orang,
- Bersifat spontanitas dan tidak terstruktur,
- Tidak bersifat rutin, dan
- Merupakan tanggapan terhadap rangsangan tertentu.
Perilaku kolektif erat hubungannya dengan perilaku menyimpang (deviant behavior), namun berbeda dengan perilaku menyimpang. Perilaku kolektif merupakan tindakan bersama oleh sejumlah besar orang, bukan tindakan individu semata-mata. Perilaku kolektif meliputi perilaku kerumunan (crowd) dan gerakan sosial (civil society). Rangsangan yang memicu terjadinya perilaku kolektif bisa bersifat benda, peristiwa maupun ide.
Perilaku ekspresi kolektif (expression collective behavior) pertama kali digunakan oleh Robert E. Park, dan digunakan secara definitf oleh Herbert Blumer, yakni merujuk kepada proses sosial dan peristiwa yang tidak mencerminkan struktur yang ada (hukum, konvensi, dan Lembaga) yang muncul secara spontan.
Jenis – Jenis Perilaku Kolektif
- Localized Collectivity (Kolektivitas Terbatas)
- Bentuk perilaku kolektif yang mengacu pada orang-orang yang memiliki kedekatan fisik satu dengan yang lain. Contoh: kerumunan, tawuran.
- Dispersed Collectivity or Mass Behavior (Kolektivitas Luas / Perilaku Massa)
- Melibatkan orang saling memengaruhi satu sama lain walaupun pada jarak yang jauh. Contoh: rumor, gossip, fashion.
Bentuk – Bentuk Perilaku Kolektif
- Fashion and Fads
Fashion adalah pola sosial penampinal sejumlah orang untuk jangka waktu yang lama. Sementara Fads atau mode adalah perilaku baru yang muncul tiba-tiba, menyebar cepat secaa antusias dilakukan oleh sekelompok orang dalam waktu singkat.
- Crowd, Dibagi menjadi 5 macam crowd atau kerumunan, yakni:
- Temporary crowd: orang yang berada pada situasi saling berdekatan di suati tempat dan pada situasi sesaat.
- Expressive Crowd: sekumpulan orang yang mengekspresikan perilakunya Bersama-sama di suatu situasi atau tempat.
- Casual crowd: misalnya sekelompok orang yang berada di ujung jalan dan tidak memiliki maksud apa-apa.
- Conventional crowd: misalnya audience yang sedang mendengarkan ceramah.
- Acting crowd/rioting crowd: sekelompok massa yang melakukan tindakan kekerasan.
- Rumors and Gossip
Rumors merupakan penyebaran informasi melalui transaksi sosial informal yang sering berasal dari sumber yang tidak diketahui. Sedangkan gossip adalah desas-desus tentang kepentingan pribadi seseorang, yang hanya menarik sebagian orang yang tahu objek gossip.
- Urband Legend
Semacam bentuk modern cerita rakyat kuno, urban legend merupakan cerita realistic yang tidak benar, menceritakan beberapa kejadian yang baru diduga dan belum terverifikasi.
- Mob and Riot
Mobs adalah kerumunan yang mengambil keputusan untuk tujuannya scara emosional. Sedangkan riots adalah gangguan public yang kurang terarah dan durasi lebih lama dari mobs, bersifat umum daripada mobs. Riots juga merupakan hasil emosi intensif yang baru terjadi.
- Panic and Mass Hystera
Panik adalah perilaku kolektif di mana orang bereaksi terhadap ancaman atau stimulus lainnya secara irasional. Sedangkan hysteria massa adalah suatu peristiwa yang membuat public bereaksi sehingga kehilangan kemampuan bertindak rasional.
- Opini public dan propaganda
Opini public adalah respons aktif terhadap stimuls, dikonstruksikan dan menyumbang citra. Sementara propaganda adalah tindakan komunikasi yang terencana dilakukan sekelompok orang terorganisir, dalam suatu tindakan massa dan manipulasi psikologis untuk tujuan membuat partisipasi aktif atau pasif.
Â
The Social Contagion Theory (Teori Penularan Sosial)
Teori penularan sosial ialah teori yang menyatakan bahwa orang akan mudah tertular perilaku orang lain dalam situasi sosial massa. Mereka melakukan tindakan meniru atau imitasi.
Teori penularan (contagion) berusaha untuk menjelaskan jaringan sebagai saluran untuk menularkan sikap dan perilaku. Kontak disediakan oleh jaringan komunikasi dalam teori penularan. Jaringan komunikasi ini berfungsi sebagai mekanisme yang mengekspos orang- orang, kelompok, dan organisasi untuk informasi, pesan sikap dan perilaku orang lain (Burt, 1980 dalam Monge & Contractor, 2003). Hal tersebut dapat meningkatkan kemungkinan bahwa anggota jaringan akan mengembangkan keyakinan, asumsi, dan sikap yang sama dengan jaringan mereka.
Teori penularan mencari hubungan antara anggota organisasi dan jaringan mereka. Pengetahuan, sikap, dan perilaku anggota organisasi terkait dengan informasi, sikap, dan perilaku orang lain dalam jaringan yang mereka terhubung.
Faktor-faktor seperti frekuensi, multiplexity, kekuatan, dan asimetri dapat membentuk sejauh mana orang lain mempengaruhi individu dalam jaringan mereka (Erickson ,1988 dalam Monge & Contractor, 2003). Rogers dan Kincaid melihat ini sebagai model kovergensi dari komunikasi.