"Sudah selesai lemburnya, Bu?" tanya satpam itu yang mengira dia adalah dirimu.
***
Sepuluh tahun yang lalu, setelah menyelesaikan pendidikan di perguruan tinggi, kamu mencoba melamar pekerjaan di suatu perusahaan. Bermodalkan nilai dengan predikat terbaik, kamu mendatangi perusahaan yang sangat terkenal di kotamu. Wajahmu yang kusam karena tersengat matahari, dengan kemeja lusuh bermotif bunga, dipadukan rok hitam setengah betis yang warnanya mulai pudar, membuat penampilanmu tidak menarik dan ditolak. Tidak ada satu pun perusahaan yang mau menerimamu.
Kamu terus mencoba hingga akhirnya diterima di perusahaan yang sekarang kamu pegang. Tiga bulan bergabung di sana, kamu jatuh hati kepada anak pemilik perusahaan, sadar dengan keadaan dan kondisimu yang tidak menarik, perasaan itu kamu pendam. Semakin hari, perasaan itu semakin menganggu. Kamu memberanikan diri untuk mengutarakan itu, tetapi hinaan dan cacian yang kamu dapatkan karena penampilamu yang tidak menarik.
Terlahir dari keluarga petani miskin, kamu mulai merutuki keadaan karena laki-laki itu tidak hanya menghinamu, tetapi juga menghina harga dirimu dengan mengatakan kalau derajat kamu dan laki-laki itu berbeda. Kamu hanya Upik Abu sedangkan laki-laki itu adalah Sultan.
"Kanapa aku harus terlahir di kelurga miskin dan memiliki rupa yang tidak menarik seperti ini?! Apakah semua orang hanya menilai dari fisik?" kamu berteriak dan meracau.
Kedua orang tuamu hanya bisa diam dan menitikan air mata.
Saat itu, terbesit sebuah hasrat yang membuatmu melakukan pekerjaan terkutuk. Kamu mendatangi sebuah gubuk di kaki gunung. Kamu duduk di hadapan wanita cantik dan anggun. Wajah wanita yang sudah banyak guratan keriput, masih tampak segar dan enak dipandang. Kamu berdecak kagum dengan penampilan wanita tua itu. Kamu menceritakan semua kejadian yang dialami. Kamu mengutarakan niat kedatanganmu.
Wanita itu merapalkan mantra, menyemburkan air ke wajahmu. Sesekali, tangan halus wanita itu mengusap pucuk kepalamu sambil terus membacakan mantra. Ia duduk bersimpuh dan mengambil sebuah kristal kecil, kemudian memasukkan benda itu ke dalam kening, pipi, dan bibirmu.
"Selesai. Semua susuk sudah aku letakkan di tubuhmu. Tidak ada lagi yang akan menghina penampilanmu. Tapi, ingat! Setiap tanggal 13, kamu harus menyerahkan tumbal, darah dari wanita perawan. Setiap hari Jumat, kamu juga harus menyiapkan 5 janin manusia. Jika tidak, kamu akan jadi tumbalnya!" ujar wanita itu kepadamu.
Kamu bangkit dan meninggalkan gubuk itu dengan hati senang.