Kau tersenyum kedamaianÂ
Menikmati cinta kita
Sosok itu terus melantunkan tembang yang menjadi soundtrack salah satu film Suzana. Kamu menutup telinga setiap kali wanita bergaun merah menembang dengan suara lirih dan menyayat. Suara siulan dan gesekan benda tajam, mengiringi nyanyian itu, terasa semakin memekakkan telingamu.
Kakimu semakin terasa berat seperti tertimpa batu. Sekuat tenaga kamu mencoba menariknya, semakin kuat dan terasa nyeri di pergelangan kaki. Air matamu mulai membasahi wajah saat kamu dapati sepasang tangan tengah memegang kedua kakimu.
Malam ini sunyi sepiÂ
Bermimpilah tentang cintaÂ
Kuingin selalu bersamamuÂ
Di sisimu
Suara isakan terdengar dari sela-sela lantunan lirik yang kamu dengar, semakin pilu dan menyayat. Jarak sosok wanita bergaun merah hanya beberapa jengkal darimu, suara siul dan gesekan benda tajam terasa menyayat, kamu menoleh ke arah wanita yang semakin mendekat itu. Dari balik pintu yang kamu lalui tadi, pria tua dengan satu bola mata, berjalan terseok, membawa sebuah besi yang runcing di ujung sisi. Benda itu terseret di lantai dan hingga terlihat goresan di setiap langkah.
"Tidak ... aku tidak mau! Jangan aku! Kumohon untuk kali ini, bebaskan aku," pintamu.
"Sesuai perjanjian, batas waktumu adalah malam satu Suro. Dan malam ini adalah waktunya, kau telah berjanji kepada kami," ujar sosok berbaju merah yang kini telah berada di hadapanmu.