Dede M. Yunus
Hari itu, kamu harus lembur, menyesaikan semua pekerjaan yang terbengkalai selama satu minggu belakang karena kamu sakit. Jam di dinding berdetak lebih lambat, keadaan sekitar sudah sepi, tidak ada seorang pun di sana, kecuali kamu dan satpam yang berjaga di depan gedung betingkat itu. Suara ketukan keyborad beradu dengan deru napasmu. Semakin cepat jarimu mengetik, semakin cepat pula suara napasmu.
Pukul sebelas malam lewat empat puluh menit, kamu bergegas menyelesaikan pekerjaan, merapikan peralatan, dan mematikan layar komputer. Kamu ingat, malam itu adalah hari Jumat dan tanggal 13. Setiap bulan pada tanggal dan hari itu, akan ada kejadian di gedung tersebut.
Tergopoh-gopoh kamu berjalan di koridor menuju lift yang terletak di ujung. Suara derap langkahmu menggema, hawa dingin mulai terasa. Kamu berdiri di depan lift dan menekan tombol panah ke bawah, tetapi pintu tersebut tidak kunjung terbuka. Angka di pintu menunjukan lantai lift itu berada. Lantai XV, tempat saat kamu berdiri saat itu. Beberapa kali kamu tekan tombol itu, pintu tetap tidak terbuka.
Angin dingin menerpa tengkukmu. Saat kamu menoleh ke belakang, tidak ada apa pun di sana, hanya ada kegelapan. Jantungmu semakin memacu aliran darah saat sebuah siluet terlihat dari ruangan yang ada di belakangmu. Tidak ada tanda-tanda pintu akan terbuka, padahal angka di atasnya belum berubah. Kamu melihat sisi kiri lift yang merupakan lorong menuju pintu tangga darurat. Kamu berjalan cepat, membuka pintu yang terbuat dari besi, kemudian menuruni anak tangga dengan cepat.
Suara siulan dan gesekan benda tajam terdengar dari belakang, semakin cepat kamu menurunu tangga, semakin cepat pula saura itu mengikutimu. Di depan pintu bertuliskan angka 13, kamu mencoba untuk mendorongnya. Pintu itu terbuka, kamu berlari ke arah lift yang ada di seberang pintu darurat itu. Kamu menekan tombol turun, berharap benda itu dapat berfungsi, tetapi tidak ada tanda benda kotak itu akan terbuka. Kamu kembali berlari ke arah tangga darurat saat mendengar suara derit pintu terbuka dari ruangan yang berada di sebelah lift.
Beberapa langkah berlari kecil, tiba-tiba kamu berhenti. Kakimu terasa berat dan kaku. Kamu menoleh ke belakang, sosok wanita bergaun merah menuju ke arahmu. Suara siulan dan gesekan benda tajam, kembali terdengar dari pintu yang akan kamu masuki. Napasmu semakin memburu, keringat mulai bercucuran. Semakin dekat sosok wanita bergaun merah itu, semakin jelas terlihat.
Tuhan, selamatkan aku, rapalmu dalam hati.
Malam ini sunyi sepiÂ
Kau terlena dalam mimpiÂ