Hatinya mulai gundah karena sampai sore ini ia belum juga mendapatkan pekerjaan. Perutnya terasa lapar, tepat di hadapannya terlihat sebuah kafe. Semua menu yang di suguhkan di sana sangat mengunggah selera.Â
   Â
Kebetulan Nana masih punya uang Rp20.000 di dompetnya. Setidaknya dengan uang itu ia bisa membeli seporsi bakso sapi. "Ah, sudah lama sekali aku tak mencium aroma ini." Nana menutup matanya di depan kafe tersebut sampai akhirnya seseorang menegurnya dari dalam.
   Â
"Hei! Kamu ngapain berdiri di sana sejak tadi. Jika tak ingin makan, lebih baik pergi saja dari sana. Kamu membuat pandangan kami terganggu." Bentaknya kasar.
   Â
Walau ragu-ragu, akhirnya ia masuk ke dalam. Saat itu pelanggan di sana cukup banyak dan membuat pemiliknya kelelahan melayaninya satu persatu.
   Â
Samar-samar Nana mendengar pembicaraan mereka. "Benar bang, aku tak sanggup begini seharian. Jika kamu tak keberatan, lebih baik kita rekrut saja seorang gadis yang bisa membantu kita di sini. Selain bisa mencuci piring, dia juga bisa melayani pelanggan."
   Â
Tanpa sadar Nana berjalan dari mejanya, dan langsung menghampiri mereka. "Maaf pak, sepertinya aku mendengar kalian sedang mencari karyawan. Sepertinya aku bisa melakukannya. Bagaimana kalau aku saja yang mengisi lowongan itu. Setidaknya, aku bisa mencuci piring." ujar Nana menawarkan diri.Â