Mohon tunggu...
chestudy
chestudy Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

loves playing with words. Into poetry, literature, and all those little expressions that make life a bit more meaningful. Writing about everything from communication to random thoughts, because life’s too short not to share your perspective. Always searching for the perfect words to capture a feeling or tell a story.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Jurnalisme di Era Digital: Apakah 10 Prinsip Masih Relevan?

7 Desember 2024   14:04 Diperbarui: 7 Desember 2024   14:18 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Journalist taking interview from woman, Sumber: Freepik

Di Indonesia, media seperti Tempo dan Project Multatuli tetap menjalankan peran watchdog ini dengan baik, mengungkap berbagai kasus besar seperti korupsi pejabat publik. Namun, peran ini semakin sulit dijalankan karena tekanan dari berbagai pihak, termasuk pemerintah dan pengusaha besar.

Jurnalisme Memberikan Forum Publik untuk Kritik dan Kompromi

Prinsip ini menekankan pentingnya memberi ruang bagi masyarakat untuk berbicara dan mengkritik. Media harus bisa menciptakan ruang bagi diskusi yang sehat dan produktif. Namun, di era media sosial, meskipun ada forum publik untuk berdiskusi, banyak diskusi yang berubah menjadi perang opini yang tidak produktif.

Menurut Papacharissi (2002) dalam Journal of Communication, media sosial telah memberikan platform bagi warga untuk berpartisipasi dalam debat publik, namun sering kali disertai dengan misinformasi dan ujaran kebencian, yang merusak kualitas diskusi.

Jurnalisme Harus Membuat Hal Penting Menarik dan Relevan

Berita harus disampaikan dengan cara yang menarik dan relevan untuk publik. Namun, di media digital, banyak media yang lebih fokus pada membuat judul sensasional untuk menarik perhatian pembaca. Broersma dan Graham (2020) dalam Digital Journalism menunjukkan bahwa banyak media yang lebih mengutamakan viralisme daripada menyajikan informasi yang benar-benar bermanfaat bagi audiens.

Contoh dari fenomena ini adalah banyaknya berita yang hanya fokus pada selebritas atau berita sensasional, meskipun banyak isu sosial yang lebih penting yang sering kali diabaikan.

Jurnalisme Menjaga Agar Berita Komprehensif dan Proporsional

Jurnalisme yang baik harus menyajikan berita secara lengkap dan proporsional, mencakup semua sisi dari suatu isu. Di dunia yang serba cepat ini, banyak berita yang hanya menyentuh permukaan dan mengabaikan konteks atau kompleksitas masalah.

Highfield & Leaver (2016) dalam New Media & Society menunjukkan bahwa media sosial sering kali menyajikan berita dalam format yang sangat singkat dan terpotong, yang membuat informasi menjadi tidak lengkap. Hal ini menambah tantangan bagi jurnalis untuk tetap memberikan informasi yang mendalam dan proporsional.

Jurnalis Harus Diizinkan Mengikuti Hati Nurani Pribadi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun