Melayangkan kritik ke pendaki dan berharap ada perubahan dari kesadaran bersama adalah omong kosong. Sedangkan kritik ke pengelola basecamp bisa membuat mereka berani memutuskan membuat aturan yang tegas, yang mau tidak mau harus diikuti oleh pendaki.
Membludaknya pendaki di hari kemerdekaan, seharusnya bisa dikendalikan jauh-jauh hari. Pengelola basecamp, bisa menerapkan pembatasan kuota dan skema pendaftaran yang transparan. Dalam artian sebelum pendaki sampai ke basecamp, nama mereka harus sudah benar-benar ada di daftar antrian.
Tetapi, apakah pengelola basecamp mau menerapkan hal tersebut? Membuat sistem pendakian online misalnya, sehingga nanti akan ketahuan sudah berapa orang yang mendaki di hari tersebut. sehingga kejadian tumpukan pendaki di basecamp bisa diminimalisir. Apakah mereka mau menerapkan itu? Dan memberi sangsi tegas untuk pendaki yang tidak ada di daftar antrian tetapi memaksa datang ke basecamp?
Sementara, untuk masalah sampah, basecamp Gunung Kembang saya rasa bisa menjadi acuan yang menarik. Mereka benar-benar membongkar isi tas pendaki di basecamp.Â
Mereka sangat melarang pendaki membawa plastik, sebagai gantinya, semua hal yang berbau plastik harus dipindah ke wadah lain yang lebih ramah lingkungan. Terlihat ribet, tapi cara ini sangat efektif untuk menurunkan angka sampah di gunung.
Cara tersebut tentu bisa dilakukan di semua basecamp pendakian, sehingga jumlah sampah pendaki bisa ditekan dengan signifikan --alih-alih hanya berharap kesadaran pendaki yang semu- adanya sangsi berat juga bisa membuat pendaki lebih patuh.
Tapi, yasudah, menyalahkan pendaki memang lebih mudah dilakukan dibanding menyalahkan sistem.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H