Bab I : Percakapan tiada akhir
Kafe yang berada ujung jalan dengan nuansa seperti rumah nenek selalu ramai dengan pelanggan yang mendambakan cokelat panas dan aneka kue khas kota itu tak terkecuali Sean dan Dinda, duo sejoli yang berasal dari Indonesia dan sedang menempuh Pendidikan di Paris, Prancis. Dinda sangat meyukai kafe ujung jalan ini sebenarnya nama kafe ini adalah 'caf chaleureux' yang artinya kafe kehangatan. Namun tidak seperti hari biasanya kafe ini sedikit beratmosfer berat khususnya di meja tempat Sean dan Dinda duduk.
Dinda: Serius Se? Gak ada penjelasan apapun tentang kemarin? (mengerutkan dahi nya)
Sean: Kamu menuntut penjelasan tapi aku pun gak tau konteksnya itu apa Din, kenapa maksa aku untuk sama kayak apa yang kamu fikirin sih?
Â
Dinda: (Menaikkan alisnya) Aku ingin kesadaran diri dari kamu, kalo kamu merasa ada salah tolong jujur untuk aku. Bukan setelah aku kasih tau baru kamu mengakui dan minta maaf.
Sean: Bukannya lebih cepat ya, kamu memberi tahu aku dan kita selesai dengan percakapan tak berujung ini (Mengistirahatkan badannya ke kursi)
Dinda: Itu artinya kamu akan menyelesaikan masalah atas dasar ketahuan, Se. Aku maunya kamu dan aku menyelesaikan masalah karena sama -- sama menyadari. (Memalingkan wajahnya lalu melihat orang -- orang berlalu Lalang)
Sean: Din, jangan buang -- buang waktu. Kita sama -- sama tahu kalo hari ini aku dan kamu memiliki jadwal yang padat (menghembuskan nafasnya)
Dinda: Aku dan kamu? Yang benar saja Se, ini hari Senin. (Dengan wajah kebingungan)
Sean: Iya, aku tahu. Banyak hal yang harus aku kerjakan dan kamu pun demikian tapi kamu malah memaksa aku bertemu disini dan berbicara tentang hal yang ngawur yang sampai dua jam kita duduk berhadapan aku gak tahu point kamu Dimana. (Memandang Dinda yang hanya terdiam)
Dinda: Ini Senin dan sore, aku tidak punya kegiatan apapun selain shift malam ku di klinik. (Memelankan suaranya)
Sean: (Berdehem) Maaf, aku melupakan jadwalmu.
Dinda: (Terkekeh) Entah jadwal siapa yang baru -- baru ini kamu hafal Se. Setelah dua tahun Bersama, ini pertama kali kamu melupakan jadwal ku, selamat ya. Oh sudah menjelang malam sepertinya aku harus pergi, maaf sudah mengganggu waktu mu yang berharga. (Pergi dengan membawa mantelnya)