Mohon tunggu...
Che Ghele
Che Ghele Mohon Tunggu... Freelancer - Opini, Sastra, Budaya

Mempelajari Sastra Jepang sebagai sarana komunikasi global,pegiat literasi yang suka puisi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Fenomena Copy-Paste yang Mengasyikan

9 Agustus 2024   06:37 Diperbarui: 9 Agustus 2024   06:40 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Karena sebagai guru, evaluasi diri dengan menulis adalah salah satu tolak ukur untuk menjadikan diri lebih baik lagi kedepanya. Proses menulis inilah yang ingin saya kembangkan di dalam kelas. Dimana ketertarikan dan spontanitas siswa dalam menulis sangat saya perhatikan.  

Ketika saya menjabarkan tentang menulis;saya telah mengajak mereka satu langkah untuk mencari ke dalam diri mereka sendiri. Sejauh mana mereka memahami sesuatu dan menuangkannya didalam tulisan. Menulis perlu dibentuk dan dibudayakan. Menjadikan menulis sebagai aktifitas rutin yang melatih siswa untuk kreatif berfikir dan menulis. 

Sebagai seorang pengajar, maka tindakan yang paling efektif adalah membiasakan siswa-siswa untuk menceritakan pengalaman pribadinya dalam bentuk tulisan, yang dikembangkan menjadi potongan-potongan kalimat dan dapat dibentuk menjadi quotes-quotes kreatif untuk dipamerkan di jejaring sosial. 

Menulis didalam aktifitas pembelajaran adalah hal yang biasa, karena KBM tanpa menulis adalah sesuatu yang janggal. Oleh karena itu peran guru dalam meningkatkan budaya menulis pada anak perlu ditingkatkan. Dimulai dari jam-jam wali kelas yang dilaksanakan 30 menit sebelum pembelajaran dimulai.

Siswa-siswi diminta untuk menuliskan pengalaman dan menceritakan apa saja semua hal yang pernah diamati,objek-objek yang pernah di temui dalam perjalanan mereka dari sekolah ke rumah, pengalaman pribadi mereka ketika mereka sedang membereskan rumah termasuk apa yang mereka lihat dalam mimpinya ketika mereka sedang tidur.

Pengalaman-pengalaman ini akan dituliskan sebagaimana adanya, tanpa intervensi dari guru. Artinya guru tidak turut campur dalam pengalaman mereka, sehingga proses menulis lebih mengalir dan lebih apa adanya. 

Tulisan-tulisan ini akan di kembangkan pada hari selanjutnya dimana guru meminta siswa memilah---milah kata kunci dari tulisan yang mereka buat. Misalnya ketika mereka membuat tentang rumahku; maka kata-kata yang kita ambil adalah lelah, bersih, tangan, rajin, ibu, piring kotor, air bersih dll. Ini adalah kata-kata yang akan kita kembangkan menjadi puisi-puisi sederhana tentang rumahku. 

Siswa diminta menjadikan kata-kata kunci itu sebagai puisi. Pengalaman ini memang terbilang sulit karena merangkai puisi seperti membuat potongan-potongan narasi pendek dan padat isinya. Pada saat inilah proses kreatif berfikir akan dimulai dimana siswa benar-benar mengandalkan pengetahuan membaca dan pengalaman menulis puisi sebelumnya. 

Guru akan mengarahkan teknik dan membantu beberapa kosakata yang diperlukan. Proses ini akan dimulai terus-menerus selama beberapa pertemuan. Setelah itu guru akan mulai memeriksa perkembangan tulisan dan meminta siswa untuk membacanya.

Guru harus memberikan contoh karangan pribadinya sebagai bahan pembanding, guru membacanya dengan memperhatikan pelafalan dan intonasi. Dan mulai meminta siswa untuk mempraktikan didepan kelas. 

Ini akan menjadi pembiasaan pada hari-hari sebelumnya dengan topik-topik yang berbeda dan perkembangan menulis akan jauh lebih pesat. Karna siswa-siswi akan mulai menemukan perspektif tulisan yang berbeda dari sebelumnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun