Mohon tunggu...
Che Ghele
Che Ghele Mohon Tunggu... Freelancer - Opini, Sastra, Budaya

Mempelajari Sastra Jepang sebagai sarana komunikasi global,pegiat literasi yang suka puisi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Fenomena "Copy-Paste" yang Mengasyikan

9 Agustus 2024   06:37 Diperbarui: 11 Agustus 2024   11:21 435
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Banyaknya konflik remaja yang marak sekarang ini adalah salah satu problem yang perlu dikaji lebih lanjut. Remaja yang kecanduan media sosial harus diamati dari perspektif yang berbeda termasuk dari bagaimana cara ia menulis status dan mempostingnya. 

Beberapa remaja yang mengalami kemunduran di sekolah atau remaja yang tidak "gaul" biasanya lebih tertarik bermedia dengan postingan-postingan biasa, tidak mencolok dan sedikit "curhat", sedangkan remaja-remaja "gaul" biasanya akan mencaption hal-hal yang sedikit lebay/berlebihan dengan foto-foto dan gaya-gaya alay.

AI. Bing.com
AI. Bing.com

Saya mulai merasa bahwa perlu adanya cara kreatif dimana remaja mulai menulis dan memposting status dari pikiran mereka sendiri. Ketika menulis saya mengamati, saya memproses sesuatu dan mengembangkan menjadi sebuah poin-poin pembelajaran untuk saya kembangkan. 

Karena sebagai guru, evaluasi diri dengan menulis adalah salah satu tolak ukur untuk menjadikan diri lebih baik lagi ke depanya. Proses menulis inilah yang ingin saya kembangkan di dalam kelas. Dimana ketertarikan dan spontanitas siswa dalam menulis sangat saya perhatikan.

Ketika saya menjabarkan tentang menulis;saya telah mengajak mereka satu langkah untuk mencari ke dalam diri mereka sendiri. Sejauh mana mereka memahami sesuatu dan menuangkannya di dalam tulisan. Menulis perlu dibentuk dan dibudayakan. Menjadikan menulis sebagai aktivitas rutin yang melatih siswa untuk kreatif berfikir dan menulis. 

Sebagai seorang pengajar, maka tindakan yang paling efektif adalah membiasakan siswa-siswa untuk menceritakan pengalaman pribadinya dalam bentuk tulisan, yang dikembangkan menjadi potongan-potongan kalimat dan dapat dibentuk menjadi quotes-quotes kreatif untuk dipamerkan di jejaring sosial. 

Menulis di dalam aktivitas pembelajaran adalah hal yang biasa, karena KBM tanpa menulis adalah sesuatu yang janggal. Oleh karena itu peran guru dalam meningkatkan budaya menulis pada anak perlu ditingkatkan. Dimulai dari jam-jam wali kelas yang dilaksanakan 30 menit sebelum pembelajaran dimulai.

Siswa-siswi diminta untuk menuliskan pengalaman dan menceritakan apa saja semua hal yang pernah diamati,objek-objek yang pernah ditemui dalam perjalanan mereka dari sekolah ke rumah, pengalaman pribadi mereka ketika mereka sedang membereskan rumah termasuk apa yang mereka lihat dalam mimpinya ketika mereka sedang tidur.

Pengalaman-pengalaman ini akan dituliskan sebagaimana adanya, tanpa intervensi dari guru. Artinya guru tidak turut campur dalam pengalaman mereka, sehingga proses menulis lebih mengalir dan lebih apa adanya. 

Tulisan-tulisan ini akan di kembangkan pada hari selanjutnya dimana guru meminta siswa memilah---milah kata kunci dari tulisan yang mereka buat. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun