Mohon tunggu...
Che Ghele
Che Ghele Mohon Tunggu... Freelancer - Opini, Sastra, Budaya

Mempelajari Sastra Jepang sebagai sarana komunikasi global,pegiat literasi yang suka puisi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Fenomena "Copy-Paste" yang Mengasyikan

9 Agustus 2024   06:37 Diperbarui: 11 Agustus 2024   11:21 396
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi salin-tempel (Sumber: Getty Images/iStockphoto via KOMPAS.com)

Misalnya ketika mereka membuat tentang rumahku; maka kata-kata yang kita ambil adalah lelah, bersih, tangan, rajin, ibu, piring kotor, air bersih dll. Ini adalah kata-kata yang akan kita kembangkan menjadi puisi-puisi sederhana tentang rumahku. 

Siswa diminta menjadikan kata-kata kunci itu sebagai puisi. Pengalaman ini memang terbilang sulit karena merangkai puisi seperti membuat potongan-potongan narasi pendek dan padat isinya.

Pada saat inilah proses kreatif berfikir akan dimulai dimana siswa benar-benar mengandalkan pengetahuan membaca dan pengalaman menulis puisi sebelumnya. 

Guru akan mengarahkan teknik dan membantu beberapa kosakata yang diperlukan. Proses ini akan dimulai terus-menerus selama beberapa pertemuan. Setelah itu guru akan mulai memeriksa perkembangan tulisan dan meminta siswa untuk membacanya.

Guru harus memberikan contoh karangan pribadinya sebagai bahan pembanding, guru membacanya dengan memperhatikan pelafalan dan intonasi. Dan mulai meminta siswa untuk mempraktikan didepan kelas. 

Ini akan menjadi pembiasaan pada hari-hari sebelumnya dengan topik-topik yang berbeda dan perkembangan menulis akan jauh lebih pesat. Karena siswa-siswi akan mulai menemukan perspektif tulisan yang berbeda dari sebelumnya.

Sebagai media pembelajaran, guru perlu memberikan tips-tips menulis kreatif dan memberdayakan banyak referensi baik di perpustakaan maupun di luar sekolah.

Siswa bisa belajar dan menulis dari mana saja dan melahirkan karya yang bukan sekadar copy paste namun benar-benar murni dari pengalaman individualis mereka sendiri. Semua harus dimulai dari diri sendiri.

Banyaknya siswa-siswa yang mulai menulis kreatif akan membangun sebuah budaya baru yaitu budaya tidak asal ngekor, atau budaya "pengikut". Dengan menulis kreatif, siswa akan lebih percaya diri menceritakan apa yang mereka rasakan dari sudut pandang yang berbeda. 

Saya sebagai guru, saya ingin mengajak semua pelaku pendidikan. Ayo kita menulis! Ayo kita kembangkan narasi perspektif kita masing-masing. Dan menjadikan keseharian kita sebagai bahan refleksi melalui hasil karya tulis dan bahan untuk terus tumbuh dan berkembang.

Terima kasih,

Salam Literasi.

Ayo menulis!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun