Mohon tunggu...
Chazali H Situmorang
Chazali H Situmorang Mohon Tunggu... Apoteker - Mantan Ketua DJSN 2011-2015.

Mantan Ketua DJSN 2011-2015. Dosen Kebijakan Publik FISIP UNAS; Direktur Social Security Development Institute, Ketua Dewan Pakar Lembaga Anti Fraud Asuransi Indonesia (LAFAI).

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Mendikbud Mempertaruhkan Masa Depan

28 Oktober 2019   07:47 Diperbarui: 28 Oktober 2019   09:14 315
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Ada Rektor yang berani melawan, tapi banyaknya yang takut, dan mengeluarkan ancaman  yang sama pada dosen dan mahasiswa. Forum Rektor se Bogor melawan Prof Nasir. Sampai sekarang tidak dipecat bahkan Prof Nasir terpental, tidak jadi menteri lagi.

Sekarang bagaimana nasib para eselon I, eks Kemenristekdikti, yang Diktinya dikembalikan ke Kemendikbud belum jelas. Karena umumnya mereka berasal dari PT, ya kembali jadi dosen mengajar.

Nadiem Makarim penerawang masa depan?

Nadiem Makarim belum lagi sempat memikirkan berselancar untuk masa depan, dengan membawa para anak didiknya, mulai dari SD, SMP,SMK, S1,S2, S,3 Diploma III, Diploma IV, sudah kedatangan pasukan eks perangkat Pendidikan Tinggi yang kembali pulang ke kampung halaman. Seperti pengungsi Wamena yang minta pulang ke kampung halamannya, dengan membawa apa ada nya.

Mereka-mereka ini adalah orang-orang pintar, akademisi, profesor, doktor, sudah bertaraf internasional, melapor kepada Nadiem Makarim anak muda usia 35 tahun yang menjadi Mendikbud. Pendidikan Magister (MBA)  dari Harvard University. Tidak ada pengalaman menjadi pendidik,  tetapi berhasil menciptakan lapangan kerja jutaan anak muda dengan kendali aplikasi yang luar biasa.

Katanya banyak pengangguran yang tertolong, dengan bonus aplikasi Go Jek yang sangat menjanjikan  dan pendapatan berlimpah di awalnya, sampai dengan saat ini pendapatan menyusut sehingga  kebutuhan sehari-hari sudah pada megap-megap.

Di kantor saya, beberapa anak buah saya berhenti bekerja sebagai tenaga honorer karena tergiur pendapatan Go Jek pada awal-awalnya. Beberapa tahun kemudian datang  ke kantor dengan wajah murung hitam legam, kurus, kurang gizi, berbeda sewaktu menjadi tenaga honorer segar bugar, bersih dan tidak hitam legam. Ya maklumlah  lebih banyak di ruang kantor ber AC, adem dan sejuk.

Berbagai macam produk Go Nadiem  utak atik. Mulai dari membonceng orang, bawa surat, bawa makanan, bawa obat, semua bisa dibawa dan terkendali dalam satu aplikasi. Pokoknya mana yang menjadi duit mainkan melalui aplikasi yang dibuat Nadiem.

Persoalan di pendidikan tinggi sangatlah luar biasa, dan rumit. Perubahan global yang cukup pesat, belum semua PT dapat mengikutinya. Nadiem Makarim harus menggunakan sebelah belahan otaknya untuk memikirkannya.

Persoalan akreditasi PT, Prodi, pengangkatan Guru Besar, sertifikasi dosen, pergolakan pemilihan rektor ( jual beli suara calon rektor),  mutu pendidikan yang perlu terus di kontrol, remunerasi dosen, prodi-prodi yang on off, karena tidak memenuhi syarat SDM dan sarpras, tentu berbeda dengan persoalan Ojol dan Go Pay, atau Go, Go lainnya.

Pada belahan otak lainnya, Nadiem Makarim harus dikosongkan untuk di isi persoalan pendidikan dasar, menengah dan lanjutan. Beratnya koordinasi dan pengendalian dengan Pemerintah Daerah,  untuk memajukan pendidikan yang menjadi otorisasi daerah, tidak sama dengan menggunakan jari-jari mengutak atik aplikasi, dan manusia  berlari seperti laron  mengejar sesuap nasi yang didapat jika mengikuti arah aplikasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun