Mohon tunggu...
Chaulah Lutfiyana
Chaulah Lutfiyana Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswi Universitas Negeri Surabaya

Chaulah Fi, seorang gadis yang dilahirkan di pulau Garam 19 tahun lalu. Fi juga merupakan seorang mahasiswi aktif jurusan Psikologi di salah satu Universitas yang berada di Surabaya. 19tahun hidup, walau tergolong masih belia, namun beberapa hal mendorongnya untuk terus menulis, salah satunya adalah mimpi untuk dapat terus melanjutkan hidupnya. Fi memiliki minat yang tinggi di dalam bidang avokasional

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Ibnu Miskawaih

31 Maret 2023   23:35 Diperbarui: 31 Maret 2023   23:43 150
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jiwa bertindak sebagai pembimbing pancaindra dan pembenar kesalahan indrawi. Kesatuan aqliyah jiwa tercermin dalam pernyataan bahwa jiwa mengetahui dirinya sendiri dan mengetahui bahwa ia mengetahui dirinya. Oleh karena itulah, jiwa merupakan satu kesatuan yang di dalamnya terkumpul unsur-unsur akal, subjek yang berpikir (thinker), dan objek-objek yang dipikirkan. Ketiganya slaing berkaitan erat antara satu dengan yang lainnya, sehingga tidak mampu dipisahkan. 

Ibnu Miskawayh mengatakan jika jiwa manusia memiliki kelebihan atas jiwa binatang, yaitu dengan adanya kekuatan berpikir yang menjadi sumber pertimbangan struktur tindakan yang mengarah kepada kebaikan. Menurutnya, jiwa manusia mempunyai tiga kekuatan yang bertingkat-tingkat. Dari tingkat yang paling rendah hingga tingkat tertinggi, berturut-turut sebagai berikut : Al-nafs Al-bahimiyah (nafsu kebinatangan) yang buruk, Al-nafs Al-sabu'iah (nafsu binatang buas) yang sedang, Al-nafs Al-nathiqah (Jiwa yang cerdas) yang baik. 

Manusia dikatakan menjadi manusia yang sebenarnya jika memiliki jiwa yang cerdas. Dengan jiwa yang cerdas, manusia dapat terangkat derajatnya setingkat malaikat. Dan dengan jiwa yang cerdas itu pula, manusia dibedakan dengan binatang. 

Manusia yang paling mulia adalah manusia yang paling besar kadar jiwa cerdasnya dan cenderung mengikuti ajakan jiwa menuju kebaikan. Berbeda dengan kehidupan manusia yang dikuasai oleh dua jiwa lainnya (kebinatangan dan binatang buas). Berkenaan dengan kualitas tingkatan jiwa tersebut, Ibnu Miskawayh menyatakan bahwa jiwa yang rendah atau buruk memiliki sifat ujub, sombong, hipokrit (munafik), penipu dan hina. Sedangkan jiwa yang cerdas memiliki sifat-sifat adil, harga diri, berani, pemurah, benar dan juga cinta. 

Selain Tahdib al-Akhlaq, Ibnu Miskawayh juga menulis : Jawidan Khirad (Hikmah yang Tak Lekang Waktu), dan Tartib as-Saadah (Kaidah Kebahagiaan). Kedua karya tersebut mendapat pujian besar dari para ilmuwan barat dan dianggap sebagai karya yang bisa disejajarkan dengan Nicomachean karya Aristoteles. 

Di samping itu, Ibnu Miskawayh juga menuliskan beberapa karya di bidang etika, diantaranya: Al-Fauz al-Akbar (Kemenangan Besar), Al-Fauz al-Asghar (Kemenangan Kecil), yang dianggap sebagai karya filsafat yang sejajar dengan karya Al-Farabi. Arau Ahl al-Madinah (Pikiran Penduduk Kota), kemudian Ajwibah wa al-Asilah fi an-Nafs wa al-Aql as-Siyar dan Taharat an-Nafs (Suci dari Nafsu).

Sementara itu, di bidang sejarah ia juga berhasil menelurkan karya monumental lainnya, salah satunya adalah Tajarib al-Umam (Pengalaman Bangsa-Bangsa), yang dianggap sebagai karya terbaiknya dalam bidang sejarah.  Meski tak banyak, dalam bidang kedokteran ia juga menghasilkan karya, salah satunya berjudul Al-Asyribah, yang berisikan kajian mengenai minuman dan pengaruhnya terhadap kesehatan.

Setelah lama berada di Baghdad untuk belajar dan bekerja dengan berbagai karya gemilangnya, Ibnu Miskawayh kemudian kembali ke Iran, tepatnya ke kota Isfahan. Beberapa lama setelah kepulangannya ke negerinya sendiri, ia mengembuskan nafas terakhirnya pada 16 Februari 1030 M dalam usianya yang telah menginjak 90 tahun. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun